KlikFakta.com – Perayaan Hari Raya Idulfitri di Indonesia setiap tahunnya pasti membawa kebiasaan unik yang turun-temurun. Mulai dari kehadiran kue kering, bagi-bagi THR untuk anak kecil, hingga baju baru.
Membeli baju baru memang tampaknya sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia. Mulai awal Ramadan, masyarakat sudah memadati pusat perbelanjaan untuk mencari baju yang akan dikenakan saat hari raya.
Bahkan tak jarang, satu orang bisa memiliki lebih dari 1 baru.
Namun darimana datangnya kebiasaan beli baju baru saat lebaran?
Dirangkum dari berbagai sumber, ada dua hal utama yang mendasari hal ini. Keduanya adalah anjuran dan tradisi yang sudah mengakar.
Anjuran Memakai Baju Terbaik
Dalam pandangan Islam, terdapat sabda Rasulullah SAW yang menganjurkan umat Muslim agar mengenakan pakaian terbaiknya saat Lebaran. Berikut adalah hadisnya.
“Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata, ‘Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan,” (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).
Berkaca dari hadits di atas, maka setiap muslim dianjurkan untuk memakai baju yang paling bagus di kesempatan hari raya.
Dengan begitu, maka sah-sah saja jika mampu membeli baju baru yang dianggap terbaik untuk dikenakan.
Meski begitu, baju terbaik tidak melulu baju yang baru. Jika ada baju lama yang bagus, maka tidak masalah untuk memakainya di hari raya.
Tradisi Nusantara
Kebiasaan membeli baju baru bahkan bisa ditelisik sampai masa kerajaan.
Melansir dari Jurnal Pos Media, tradisi membeli baju lebaran sudah dimulai sejak tahun 1596 atau tepatnya pada masa Kesultanan Banten. Hal ini tercatat dalam buku ‘Sejarah Nasional Indonesia’ karya Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto.
Pada masa itu membeli baju bagus untuk Idulfitri hanya berlaku bagi kalangan kerajaan saja. Sementara rakyat biasa akan menjahit pakaian mereka sendiri.
Tradisi ini juga ditulis oleh penasihat urusan pribumi untuk pemerintah kolonial Belanda, Snouck Hurgronje dalam surat-suratnya kepada Direktur Pemerintahan Dalam Negeri.
Surat-surat tersebut kemudian dibukukan dalam ‘Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya di Pemerintah Hindia Belanda 1889–1939 Jilid IV’.
Dalam suratnya, Snouck menjelaskan cara masyarakat memperingati hari raya Idulfitri. Seperti halnya memakan hidangan khusus, bersilaturahmi antar sanak saudara, membeli baju baru, dan lainnya.
Snouck dalam buku berjudul ‘Islam di Hindia Belanda’ juga menyebutkan bahwa tradisi mengenakan baju baru saat hari raya mirip dengan kebiasaan di Eropa saat merayakan tahun baru.
“Kebiasaan saling bertamu pada hari pertama bulan kesepuluh dengan mengenakan pakaian serba baru mengingatkan kita pada perayaan tahun baru Eropa,” terang Snouck.
Melihat fakta sejarah itu, maka tak heran jika membeli baju baru menjadi tradisi yang tidak bisa lepas dari perayaan Idulfitri di Indonesia.
Memakai baju baru juga jadi simbol kekeluargaan bagi banyak orang. Yakni dengan model sarimbitan.
Tren Baju Lebaran 2025
Menguliti tren baju lebaran juga jadi hiruk pikuk masyarakat menjelang hari raya. Tampil modis dan terbaik seolah jadi kewajiban bagi generasi sekarang ini.
Jika tahun kemarin tren baju lebaran didominasi warna sage dan shimmer-shimmer, maka tahun ini nuansa kalem diprediksi bakal mendominasi.
Dilansir dari detikjabar, aksen lace dan brokat akan mendominasi. Aksen itu kerap ditemukan di gamis dan tunik.
Sementara warnanya diprediksi akan didominasi oleh warna pastel dan earth tone.
Warna sage masih mendominasi dengan tambahan warna-warna cerah dan lembut seperti lilac, baby blue, dan baby pink.
Sementara warna earth tone akan didominasi dengan warna beige yang lembut, khaki, sampai beragam warna coklat.
Selain urusan warna dan aksen, masyarakat juga diprediksi lebih condong ke baju baru yang bisa dipakai tidak hanya di momen Idulfitri. Sehingga baju yang dicari lebih cenderung bukan mewah dan masih bisa dipakai di kegiatan sehari-hari.