Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Tes Psikologi Bagi Guru Jepara Hendaknya Gabungkan Rangkaian Assesmen

Ilustrasi tes psikologi (Freepik)

KlikFakta.com, JEPARA – Menteri sosial (Mensos) Tri Rismaharini menyarankan kepada Pemkab Jepara untuk melaksanakan tes psikologi bagi guru. Ini menjadi buntut dari kasus pelecehan seksual oleh kepala SMP di Kembang, Jepara.

Ika Febrian Kristiana, dosen psikologi pendidikan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menambahkan, sebaiknya tak hanya tes psikologi yang saja. Namun juga serangkaian asesmen dalam psikologi.

“Sebaiknya tidak hanya menggunakan tes tunggal untuk menentukan keputusan tapi perlu menggabungkan assesmen lainnya misalnya ada wawancara, observasi,” terang Ika.

“Bila perlu ada portofolio atau rekam jejak agar mendapat gambaran yang lebih komprehensif ,” sambungnya.

Nantinya tes psikologi dapat berguna dalam penegakan diagnosa atau prediktif.

“Misalnya kecenderungan gangguan yang dimiliki seseorang atau fungsi prediktif. Misalnya untuk memprediksi bagaimana perilaku seseorang di masa yang akan datang,” katanya.

Hasil assessmen nantinya akan dibuat profiling setiap guru yang memuat kepribadian, kapasitas, komunikasi, interaksi sosial, dan emosi.

Namun, harus menjadi perhatian adalah tes psikologi bagi guru harus valid dan reliabel.

“Ini menjadi PR untuk mengembangkan tes psikologi yang misalnya memprediksi adanya kecenderungan penyimpangan seksual atau kemungkinan kekerasan seksual,” ujarnya.

Tes tersebut lanjut Ika, hendaknya tidak menjadi dasar pengambilan keputusan. Namun, hasil tes hanya menjadi bagian atau salah satu dari teknik asesmen di psikologi.

“Seringkali tes itu bias, sulit menentukan alat tes mana yang valid dan reliabel sehingga perlu dilengkapi dengan assessment lainnya,” jelasnya.

Ia menjelaskan perlu pengembangan untuk pemetaan kemungkinan pelaku kekerasan di lingkungan sekolah.

“Masih jarang atau bahkan belum ada tes yang memprediksi yang benar-benar valid dan reliabel untuk memprediksi orang tersebut ke depannya memiliki potensi untuk melakukan kekerasan atau tidak,” ungkap Ika.

Jika sudah terjadi kekerasan, Ika menerangkan urusannya dengan psikologi forensik menggunakan berbagai alat.

Ika menjelaskan jika identifikasi pelaku kekerasan perlu mengembangkan asesmen relevan dalam psikologi.

“Misal pertanyaan wawancara yang mengarah kepada diagnostik atau kemungkinan orang ini punya gangguan seksual misalnya atau penyimpangan seksual tertentu,” terangnya.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *