KlikFakta.com, KUDUS – Pelajar SMP Al Ma’ruf Kudus kedatangan UPTD Puskesmas Jati untuk melakukan pemeriksaan Smoke Analyzer guna mengetahui kadar karbon monoksida (CO).
Melansir Zonanews.id, Kepala UPTD Puskemas Jati, Darini menyampaikan pemeriksaan ini menggunakan alat Smokerlyzer CO Detector.
Melalui pemeriksaan ini pihaknya bisa mendeteksi perokok dini.
Smoke analyzer ini bertujuan mengetahui seberapa besar tubuh seseorang mengandung karbon monoksida. Gas beracun ini biasanya dihasilkan dari pembakaran bahan bakar seperti gas alam, bensin, kayu, batu bata ataupun dari menghisap rokok.
“Karbon monoksida mestinya dapat berasal dari merokok, polusi, pembakaran kayu, batu bata dan lainnya, itu bisa diukur dengan smoke analyzer,” ujar Darini, Selasa, 19 November 2024.
Pihaknya berharap lewat pemeriksaan ini para siswa dapat lebih mawas diri terhadap paparan karbon monoksida. Termasuk para pelajar yang sudah kecanduan merokok sejak dini.
“Hasil pemeriksaan ditandai dengan warna, hijau berarti aman, kuning menunjukkan adanya sedikit kandungan CO, dan merah menandakan kadar CO yang tinggi,” ungkap Darini.
Pelajar yang terdeteksi memiliki kadar CO yang tinggi akan dilakukan pemahaman, agar berhenti merokok.
Darini menyatakan pemeriksaan ini tidak hanya menyasar SMP Al Ma’ruf saja.
“Tetapi akan menyasar semua SMP di wilayah kerja Puskesmas Jati secara terjadwal. Sejauh ini hasil pemeriksaan kebanyakan orange, ada yang hijau dan ada yang merah juga,” tuturnya
Salah satu siswa kelas VIII, Muhammad Ibrahim mengaku sempat merasa gugup. Ia mengaku merokok, dan hasilnya sendiri terdeteksi warna kuning.
“Saya perokok, hasilnya tadi kuning, sempet gugup pas tes,” tuturnya.
Perokok anak memang menjadi masalah mengkahatirkan di Indonesia. Pasalnya, jumlah perokok aktif semakin bertambah setiap tahunnya. Anak-anak pun tak luput dari candu produk tembakau ini.
Melansir dari laman Kemenkes, Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4% di antaranya perokok berusia 10-18 tahun.
Kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan.
Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun naik dari 18,3% (2016) menjadi 19,2% (2019).
Miris di Indonesia, data SKI 2023 menunjukkan bahwa kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5%), diikuti usia 10-14 tahun (18,4%).
Bahkan usia 4-9 tahun pun ada dengan presentase 1,5 persen.
Sementara usia merokok pertama kali bagi usia 15-19 tahun sebanyak 34,4 persennya mulai merokok di usia 10 sampai 14 tahun. Sementara 64,1 persen dari mereka mulai merokok pada rentang usia 14 hingga 19 tahun.
Pada kelompok usia perokok 10-14 tahun yang 90,3 persen dari mereka merokok di usia 10 hingga 14 tahun.