Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Mengenal Cancel Culture, Budaya Pembatalan di Media Sosial

Ilustrasi cancel culture (CNNIndonesia)

KlikFakta.com – Bagi pengguna media sosial pasti tak asing dengan istilah cancel culture, namun bagi yang belum mengenal cancel culture maka artikel ini bisa membantu.

Cancel culture alias budaya pembatalan dewasa ini banyak lalu lalang di media sosial. Secara sederhana, cancel culture adalah usaha untuk melakukan boikot terhadap satu merk atau publik figur dari dunia digital atau karirnya.

Melansir VOX, pola cancel culture adalah: publik figur atau merk melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu yang offensive atau membuat publik marah. Kemudian publik bereaksi keras dengan “membatalkan” alias mengcancel orang atau merk itu. Tekanan dari cancel culture pada akhirnya akan sukses membuat orang itu kehilangan karir bahkan menghilang dari dunia digital.

Dengan kata lain, cancel culture tak ubahnya sanksi sosial yang berlaku melalui dunia digital. Namun terkadang cancel culture merugikan pihak yang mendapatkan sanksi itu.

Contohnya Johnny Depp yang sempat menjadi korban cancel culture ketika pemberitaannya menganiaya mantan istrinya, Amber Heard beredar. Ia kehilangan semua kontrak kerja dan tawaran film.

Selama beberapa tahun Johnny Depp menghilang dari dunia digital akibat cancel culture

Beberapa tahun kemudian pengadilan memutuskan Johnny Depp tidak bersalah dan justru Amber Heard yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

Begitu banyak korban cancel culture hingga beberapa pihak mulai mulai menyerukan mengcancel cancel culture. Seperti halnya otoritas Singapura yang mulai mempertimbangkan membuat UU yang melarang cancel culture.

Dengan banyaknya publik yang mengenal cancel culture, beberapa pihak mulai menggunakannya untuk menyerang pihak lain yang berbeda pandangan.

Menteri Hukum K Shanmugam pada pertengahan 2022 silam mengatakan pihaknya mendapat masukan dari kelompok Kristen konservatif soal ketakutan mereka pada cancel culture yang menargetkan pandangan mereka soal LGBT.

“Masyarakat harus benar-benar bebas untuk mengekspresikan pandangan mereka tanpa takut diserang oleh kedua belah pihak,” katanya pada Agustus silam.

Rupanya tengah ada ketegangan antara pendukung dan penolak hak LGBT di negeri itu.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *