Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Meningkatkan Keterampilan Bermain Peran Melalui Media Sosial TikTok

FOTO: Rhobi Shani, S.Pd, guru SMA Negeri 1 Tahunan Jepara

Minat siswa mengikuti pelajaran Seni Budaya di sekolah rendah. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Mulai dari lingkungan sekolah, lingkungan rumah, komunikasi peserta didik dengan orangtua dan komunikasi peserta didik dengan guru. Faktor lainnya lantaran siswa tidak memprioritaskan mata pelajaran Seni Budaya dalam menempuh pendidikan. Akibatnya kompetensi dan keterampilan yang mesti dikuasai siswa tidak tercapai secara maksimal.

Alternatif solusi untuk meningkatkan keterampilan bermain peran peserta didik, maka guru perlu memanfaatkan sejumlah media pembelajaran. Salah satunya media pembelajaran rekaman audio visual. Serta memanfaatkan media soail yang saat ini dekat dengan peserta didik, yaitu TikTok.

Penggunaan media sosial TikTok ini relevan dengan kebutuhan peserta didik. Menurut Abraham Maslow ada lima jenis kebutuhan siswa. Yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. 

Berkait kebutuhan akan aktualisasi diri, individu berusaha mewujud-nyatakan kemampuan yang ia miliki. Misalnya individu yang memiliki kemampuan di bidang musik, maka ia akan berusaha menciptakan lagu atau aransemen.

Kemudian berkaitan dengan kebutuhan  harga diri, Iskandar (2016), mengatakan bila kebutuhan akan harga diri ini berkaitan dengan usaha dari seseorang untuk mendapatkan citra positif dan menerima perhatian, pengakuan dan apresiasi dari orang lain. Untuk mendapatkan perhatian, pengakuan dan apresiasi orang lain, saat ini media yang relevan untuk memperoleh itu semua adalah dengan memanfaatkan media sosial. Baik itu media sosail berbasih gambar atau foto, maupun video seperti TikTok.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Seni Teater pada materi Keaktoran, media sosial TikTok pun dapat dimanfaatkan. Dimana setelah peserta didik diberikan pemahaman tentang apa itu aktor dan unsur keaktoran, peserta didik dapat melakukan eksplorasi olah tubuh dan olah suara. Dimana dua hal tersebut merupakan  unsur yang mempengaruhi keaktoran dari luar. 

Pelaksanaan eksplorasi olah tubuh dan olah suara dapat menggunakan media sosial TikTok. Video-video pendek berkaitan dengan olah tubuh, seperti gerakan jalan, gerakan tangan menolak pemberian, atau gerakan tangan memberi dapat diunggah di media sosial TikTok. 

Dari eksplorasi olah tubuh tersebut, dapat dipadukan dengan ekspresi wajah. Misalnya peserta didik menampilkan adegan orang panik mencari benda berharga miliknya yang hilang. Atau peserta didik menampilkan adegan menyatakan perasaan kepada lawan jenis. 

Ketika peserta didik menyadari produknya diunggah di media sosial TikTok, maka akan memproduksi sebagus mungkin. Sebab, salah satu tujuan seseorang mengunggah foto maupun video di media sosail adalah untuk mendapatkan citra positif dan menerima perhatian, pengakuan dan apresiasi dari orang lain.

Tolok ukur citra positif dan menerima perhatian, pengakuan dan apresiasi dari orang lain pada media sosial TikTok dapat dilihat dari jumlah tanda suka serta komentar atas video yang diunggah. Bahkan akan menjadi kebanggan bagi warganet apabila video yang diunggah di TikTok masuk dalam beranda TikTok atau lebih sering disebut FYP (For Your Page). 

Dasar lain pemanfaatan media sosial TikTok untuk meningkatkan kemampuan siswa bermain peran, yaitu karena peserta didik sangat dekat denga telepon genggam. Sehingga proses pembelajaran juga perlu dikolaborasikan dengan teknologi. Misalnya pemanfaatan telepon genggam beserta aplikasi yang melekat di telepon genggam untuk proses pembelajaran. Mulai dari kegiatan pembuka, inti, hingga kegiatan penutup. (*)

*Penulis: Rhobi Shani, S.Pd. (guru SMA Negeri 1 Tahunan Jepara)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *