Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Kunjungan ke Jepara, Wamen Giring Kaget Harga Gebyok Terlalu Murah

Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, H. Giring Ganesha Djumaryo (kemeja putih bertopi biru) melihat-lihat hasil ukiran saat berkunjung ke Jepara pada Sabtu (19/4/2025)

KlikFakta.com, JEPARA – Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, H. Giring Ganesha Djumaryo mengapresiasi tekad Pemkab Jepara dalam melestarikan ukir dan menjadikan bumi kartini sebagai pusat ukir dunia.

Hal itu ia sampaikan dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Jepara pada Sabtu (19/4/2025).

“Atas nama Kementerian Kebudayaan, saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas pelestarian warisan budaya tak benda nasional, termasuk ukiran Jepara,” tutur Giring.

Ia memastikan bahwa kementeriannya akan memberikan dukungan penuh dalam proses pengajuan ke UNESCO.

“Kami siap full asistensi agar ukiran Jepara bisa menjadi bagian dari Intangible Cultural Heritage dunia,” tegasnya.

Kunjungan Giring diawali dari Pendopo Kartini, lokasi bersejarah yang menjadi titik awal perjalanan R.A. Kartini.

Ia disambut langsung oleh Bupati Jepara H. Witiarso Utomo dan Wakil Bupati Muhammad Ibnu Hajar. Hadir pula jajaran Forkopimda dan para kepala perangkat daerah dalam seremoni penyambutan.

Pada kesempatan itu, Wamen meninjau kamar pingit R.A. Kartini, ruang yang menjadi saksi lahirnya pemikiran emansipasi dan nasionalisme.

Ia juga mengunjungi sekolah perempuan rintisan Kartini di bagian belakang serambi pendopo, serta kamar milik Ngasirah, ibu sang pahlawan.

Kegiatan berlanjut dengan seremoni di pendopo. Acara dibuka dengan penampilan Tari Dewi Tri Sekti, yang terinspirasi dari tiga tokoh perempuan Jepara, yakni Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, dan R.A. Kartini.

“Jepara merupakan tanah kelahiran dua tokoh besar yang telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, yaitu R.A. Kartini dan Ratu Kalinyamat,” jelas Mas Wiwit, sapaan karib bupati, dalam sambutannya.

Ia lalu menyoroti kontribusi Kartini dalam merintis ekonomi kerakyatan, dan peran Ratu Kalinyamat sebagai simbol nasionalisme maritim.

“R.A. Kartini memulai embrio ekonomi kerakyatan melalui kerajinan, sedangkan Ratu Kalinyamat membangun Jepara sebagai pusat pertukangan dan ukir,” jelasnya.

Wiwit juga menyatakan komitmennya menjadikan Jepara sebagai pusat ukir dunia, salah satunya melalui program seperti Festival Ukir Internasional.

Setelah dari pendopo, rombongan melanjutkan kunjungan ke sentra industri seni patung dan ukir di Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara.

Di lokasi ini, Giring bersama Mas Wiwit menyambangi sejumlah galeri kerajinan kayu.

Pada kesempatan di Mayasa Gallery, Giring menebak harga salah satu gebyok ukir mencapai ratusan juga rupiah. Padahal harga aslinya 15 juta rupiah.

“Saya kira harga gebyok ini Rp150 juta,” ujarnya sambil tersenyum.

Ia mengaku terkejut dengan selisih harga tersebut. “Sangat berbeda dengan di toko Jakarta,” ungkapnya.

Meski harga terjangkau, Mas Wiwit memastikan kualitas produk tetap terjaga. “Tak hanya harga yang kompetitif, juga terjaga kualitasnya,” kata dia.

Mengetahui hal itu, Giring menegaskan pihaknya siap membantu mempromosikan produk lokal Jepara.

“Kami (Kementerian Kebudayaan) siap membantu, berkolaborasi maupun mempromosikan,” ucap Giring.

Share: