Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Sejarah Ukir Jepara dan Kepiawaian Kartini Promosi ke Belanda

Raden Ajeng Kartini (Foto: Kumparan)

KlikFakta.com, JEPARA – Sejarah berkembangnya ukir Jepara dapat ditelusuri dari Desa Belakang Gunung, sekarang Desa Mulyoharjo. Dalam situs resmi Jepara.go.id, tersebutkan jika Desa Mulyoharjo merupakan cikal bakal seni ukir Jepara.

Ukir khas Desa Belakang Gunung mendapat mata dunia di masa penjajahan Belanda berkat kepiawaian diplomasi Raden Ajeng Kartini.

Muhajirin melalui disertasinya Respon Adaptif Masyarakat Perajin Seni Ukir Jepara mengungkap bahwa R.A. Kartini bekerja sama dengan pengrajin dari Belakang Gunung. Kerja sama ini untuk membuat ukiran seperti peti jahitan, meja keci, pigura, tempat rokok, tempat perhiasan, dan barang souvenir lainnya.

Kartini juga bersurat dengan temannya di Belanda tentang ketertarikannya pada seni ukir dan usahanya untuk mengembangkan seni ini.

Ia membuka pesanan untuk teman-temannya di Belanda. Keindahan karya para pengrajin di Belakang Gunung ini tertuang dalam tulisan Kartini berbentuk prosa “Van en Uithockje” atau “Pojok yang Terlupakan”.

Tulisan itu berisi kekaguman Kartini kepada keindahan hasil ukir para pengrajin.

Berkat kedekatannya dengan rekan di Belanda, Kartini bersama saudarinya (Rukmini dan Kardinah) berhasil mengirimkan karya pengrajin Jepara ke Nationale Tentoonstelling voor Vrouwenarbeid (Pameran Nasional Karya Wanita) di Den Haag pada 1898.

Wisnu Adisukma dalam Simbolisme Patung Macan Kurung Jepara menyebut karya pengrajin Jepara ini mendapat perhatian dari Ratu Wilhelmina dan Ibu Suri Ratu Emma. Kepada ketua panitia, Ny. Lucardie, ratu dan ibu suri meminta dibacakan surat pengantar dari Kartini.

Kejadian ini tertulis dalam surat kabar Belanda De Roterdamse Courant tanggal 30 Agustus 1898.

Setelah pameran di Den Haag, Ratu Wilhelmina memberi izin ekspor produk ukir Jepara hingga masyarakat luas mengenalnya.

Seni ukir Jepara pun mendapatkan banyak pesanan langsung dari Eropa. Hal ini membuat para pengrajin bisa mematik harga langsung dan meningkatkan kesejahteraan.

Berbeda dari masa sebelumnya yang mana para pengrajin berhadapan dengan saudagar Cina dan Eropa sehingga ukiran mereka tak mendapat harga semestinya.

Dengan demikian, nama Kartini juga harum dalam perkembangan sejarah ukir Jepara.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *