Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

40 Penyair Sampaikan Kampanye Anti Korupsi

Penyair dari berbagai daerah melakukan orasi pembacaan puisi bertema menolak korupsi,

KlikFakta.com KUDUS – Gelar roadshow untuk kampanye gerakan anti korupsi dengan tema “tagline satu hati tolak korupsi” berlangsung di Kawedanan Taman Budaya Kudus pada Minggu (17/9).

Kegiatan ini diinisiasi oleh kelompok Puisi Menolak Korupsi (PMK) Kudus dengan melibatkan puluhan penyair dari berbagai daerah, seperti Semarang, Jepara, Pati, Pemalang, Yogyakarta, Ponorogo, Rembang, Brebes, hingga Jakarta.

“Roadshow ke-64 ini berlangsung meriah, Sekitar 40an penyair berorasi, menyampaikan gagasan dan keresahannya lewat puisi dengan berbagai cara, seperti teatrikal, orasi, atau musikalisasi puisi,” ujar Ketua PMK Nasional, Sosiawan Budi Sulistyo.

Pihaknya mengungkapkan PMK ini merupakan gerakan kampanye anti korupsi bersama para penyair dan sastrawan se-Indonesia dan sudah dimulai sejak 2013. Pihaknya melibatkan banyak komunitas untuk menyuarakan kampanye menolak korupsi ini sebagai gerakan moral bersama.

“Fungsinya selain membantu pemerintah, juga sebagai kontrol sosial dan esukasi masyarakat. Artinya masyarakat perlu ambil peran juga. Untuk menguatkan kontrol kebijakan dan perilaku yang menyimpang,” paparnya.

Di samping itu, agenda PMK ke 64 ini juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi sarasehan anti korupsi dan pentas seni dengan beberapa komunitas terlihat ikut andil dalam gerakan ini.

“Banyak yang turut terlibat seperti halnya penampilan Tari Lingkar Rasa dari Sanggar Ciptoning Asri, Komunitas Seni Samar, Karawitan SMAN 1 Kudus dan pentas dari seniman lainnya,” jelasnya.

Salah satu penyair melakukan orasi pembacaan puisi.

Leak juga menambahkan, bahwa gerakan PMK ini juga menerbitkan buku antologi puisi yang mengangkat tema anti korupsi. Menjelang Pemilu 2024 ini, ia mengaku timnya akan menerbitkan buku PMK ke-9 bertema “Mencari Presiden Antikorupsi”.

“Sampai sekarang ini sudah mau penerbitan ke-9. Ini juga menjadi cara kami untuk kampanye dengan melihat realita sosial yang sedang terjadi,” tukasnya.

Sementara itu, Salah seorang dosen, Muhammad Kanzunuddin merespons kegiatan PMK di Kudus ini sebagai gerakan yang cukup strategis untuk berkampanye anti korupsi lewat puisi.

“Ini merupakan edukasi dan gerakan moral yang bisa mencerahkan masyarakat, terutama generasi muda,” katanya.

Ia menyebut penyair dan sastrawan menjadi bagian penting dari masyarakat yang mempunyai tanggungjawab moral untuk mencintai negaranya. 

“Lewat puisi, bisa menjadi strategi yang tepat merespons fenomena di sekelilingnya. Apalagi korupsi sudah membudidaya di Indonesia dan harus dilawan,” terangnya.

Dirinya berharap gerakan ini dapat berjalan dan lebih masif, sehingga bisa menjadi nilai edukasi pada anak-anak muda dan pelajar untuk menumbuhkan sikap anti korupsi sejak dini.

“Sarasehan tadi pagi juga bisa jadi edukasi bagi anak-anak pelajar, sebagai suatu gerakan pencerahan yang tepat dan strategis,” tandasnya. (ihz)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *