KlikFakta.com – Kebiasaan belanja terlalu berlebihan ternyata bisa jadi tanda gangguan kesehatan mental. Kegiatan belanja memang menyenangkan, terutama karena penawaran online shop yang menggiurkan.
Belanja yang terkontrol di bisa menjadi bentuk pelarian dari stres atau sebagai self reward setelah melakukan sesuatu. Namun lain halnya jika dorongan belanja itu tidak bisa terbendung alias shopaholic.
Shopaholic
Shopaholic atau oniomania sering disebut gangguan belanja kompulsif atau compulsive buying disorder (CBD). Orang yang punya kecanduan belanja memiliki kontrol impuls yang buruk dengan berbelanja.
Seperti kecanduan lainnya, orang yang gagguan belanja kompulsif akan merasa euforia atau bahagia saat berbelaja.
Menurut para ahli, compulsive buying disorder kadang terjadi karena orang itu mengidap kondisi mental tertentu. Seperti kecemasan, depresi, atau gangguan bipolar.
Dari sebuah penelitian, rupanya gangguan belanja kompulsif ini terjadi secara episodik. Bisa saja setiap hari sampai seminggu sekali dan dorongan membeli barang berlangsung selama satu jam.
Tanda Shopaholic
Belanja di luar kendali
Mereka yang sudah kecanduan tidak akan berpikir berkali-kali untuk membeli sesuatu. Karena para shopaholic sangat terobsesi pada belanja. Bagi mereka belanja adalah kunci memperoleh kebahagiaan.
Tidak bisa menahan diri
Menahan hasrat ingin belanja sangat berat bagi shopaholic. Selalu ada rasa gelisah dan tidak enak, bahkan sedih berlarut-larut jika keinginannya tidak terpenuhi.
Ada rasa negatif sebelum belanja
Mereka yang mengidap compulsive buying disorder umumnya meluapkan rasa depresi, cemas, dan kesedihan mereka dengan berbelanja.
Menghabiskan banyak waktu dan uang saat berbelanja
Berapa lama mereka berbelanja atau berapa budgetnya bukan masalah bagi penderita compulsive buying disorder.
Muncul rasa bersalah
Euforia shopaholic hanya sementara. Setelah itu mereka akan menyesali barang yang sudah terbeli bahkan berusaha menyingkirkannya.
Cara Mengatasinya
Belanja berlebihan bisa jadi tanda gangguan mental, karena itu perlu intervensi bantuan psikolog untuk mengatasinya. Intervensi ini untuk melihat akar penyebab gangguan itu muncul dan cara menemukan cara menghentikannya.
Sumber: Halodoc, hellosehat