KlikFakta.com, JEPARA – Literasi digital menjadi hal penting menjelang gelaran pemilu untuk membendung hoaks yang masif di media.
Kabid Komunikasi Diskominfo Jepara Muslichan menyampaikan, kegiatan penggiat medsos bertujuan untuk menyosialisasikan terkait pendidikan politik kebangsaan. Harapannya gelaran pesta demokrasi nanti dapat berlangsung meriah dan menyenangkan.
“Jangan sampai selayaknya pesta itu menyenangkan, jadi sesuatu yang mencekam karena ujaran kebencian maupun hoaks,” ujarnya saat kegiatan temu penggiat medsos, di salah satu kafe di Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan pada Minggu (7/5/2023).
Masifnya penggunaan platform digital, kata dia, perlu disertai dengan pemahaman dan kecerdasan yang baik supaya pengguna tidak terjebak hoaks.
Hindari keinginan menjadi tercepat dalam mengabarkan jika belum memastikan betul kebenaran informasi. Itu supaya tak terjadi persoalan hukum di kemudian hari.
Komisioner KPU Ris Andy Kusuma juga mendorong peningkatan literasi digital di masyarakat. Menurutnya, sudah banyak terjadi disrupsi informasi dan kabar hoaks yang menyebabkan kesalahpahaman.
Bahkan tak sekadar menyerang kontestan, lembaga penyelenggara pun tak luput jadi sasaran isu menyesatkan.
“Di Pemilu 2019 lalu, mulai Agustus sampai Desember ada 62 konten hoaks,” kata dia.
Dia melanjutkan, masyarakat akan menganggap kabar bohong sebagai kebenaran jika menyebar secara masif. Karena itu, perlu mengedepankan logika dan tidak terbawa perasaan dalam menerima berita.
Senada, Ketua PWI Budi Santoso mengatakan perlu ada peningkatan literasi digital untuk merespons banyaknya informasi di media sosial.
“Selalu berpikir kritis. Mengecek kebenaran lewat portal layanan konfirmasi, atau bisa menyandingkan dengan produk dari media-media mainstream,” ujarnya.
Mudahnya seseorang menjadi pengabar informasi tanpa pengetahuan yang mumpuni jadi salah satu faktor tumbuh suburnya hoaks. Terkait hal itu, Dewan Pers telah merilis media-media yang tersertifikasi. adv