KlikFakta.com, JEPARA – Pandemi telah mengubah cara konsumsi dan belanja masyarakat, tak terkecuali euforia membuat kue jelang lebaran yang kini mengalami penurunan.
Membuat kue atau roti jelang lebaran memang menjadi kegiatan favorit banyak masyarakat. Tak hanya untuk konsumsi pribadi, saat ini banyak yang membuat kue untuk menjualnya.
Antusiasme masyarakat tak ayal membuat toko bahan roti kebanjiran pembeli dari pertengahan puasa hingga jelang lebaran. Namun euforia membuat kue hidangan khas lebaran tersebut tak seperti tahun lalu.
Rouf, pemilik toko bahan roti Citra Barokah di Desa Sowan Lor, Kedung, Jepara menuturkan penjualannya menurun 10 persen daripada tahun lalu.
Namun baginya penurunan tersebut tak begitu signifikan, karena biasanya H-15 lebaran mulai terjadi peningkatan.
“Biasanya mulai h-15 itu sudah mulai (peningkatan), namun saat ini sedikit menurun,” kata Rouf.
Ia menerangkan saat ini yang paling jadi incaran adalah bahan-bahan untuk pembuatan kue kering seperti tepung, margarin, gula, dan lain-lain.
“Kue basah juga ada, biasanya mepet karena dibuat suguhan,” ujarnya.
Sementara itu, Rouf menerangkan jika sebelum puasa, bahan pembuat roti sudah mengalami kenaikan harga sekitar 5 persen.
Untuk itu, ia memiliki strategi untuk menarik pelanggan dengan kelengkapan produk di tokonya seperti menyediakan alat membuat roti.
“Alat untuk membuat roti saya jadikan daya tarik mereka untuk datang,” jelas Rouf.
“Bahan-bahan dijual sana-sana banyak. Tapi ketika dia melihat di sini ada cetakan nastar, mau buat pastel ada cetakannya mereka pun sekalian beli bahan-bahan,” lanjutnya.
Kalau di bahan roti kendalanya expired atau kadaluarsa, lanjut rouf, selain itu adapula kompetitor baru yang menjajakan bahan roti.
“Momentum seperti ini kayak susu evaporasi dibutuhkan orang banyak. Spekulasi ambil banyak, ternyata habis lebaran peminatnya kurang,” terang Rouf.
“Karena stok banyak kadaluarsa, kalau kadaluarsa langsung dibuang,” sambungnya.
Senada dengan Rouf, H Nur Ikhsan, pemilik toko bahan roti di Pasar Pecangaan, Jepara menuturkan jika adanya kompetitor baru membuat adanya penurunan penjualan. Selain itu, semenjak adanya pandemi, banyak mengalami penurunan dan lesunya daya beli masyarakat.
“Saya sebelum korona, (penjualan) gula halus 2 kuintal, wijen bisa 1 kuintal, tapi sekarang tidak bisa,” ungkapnya.
Sebelum pandemi, H Nur menerangkan jika ia bisa meraup untuk sampai 15 juta saat momen jelang lebaran. Namun saat ini hanya sekitar 2 jutaan.
Nice