KlikFakta.com, JEPARA – Menjelang bulan Ramadhan, Puluhan santri dari Pondok Pesantren Nailun Najah Assalafy Kriyan, Kalinyamat, Jepara menggelar tari sufi kolosal di halaman Masjid-Al Makmur Kriyan pada Jumat (17/3/2023) sore.
Diikuti sekitar 20 santri, pentas tari sufi ini sudah rutin diadakan selama lima tahun di setiap Jumat akhir bulan Sya’ban.
Santri yang mengikuti pentas tari sufi ini dari berbagai umur, mulai dari umur 9 tahun hingga orang dewasa.
Dari pantauan KlikFakta.com, puluhan warga antusias untuk melihat gelaran tarI sufi kolosal tersebut. Mereka memadati area sekitaran masjid Al-Makmur.
Nur Rohman, koordinator tari sufi menuturkan pentas tari sufi kolosal ini mencoba mengembangkan sarana berkesenian di lingkup masjid.
“Biar masjid bukan hanya sebagai sarana peribadatan, tetapi pengennya itu dibuat pentas-pentas seni seperti Walisongo dahulu,” ungkapnya.
Ia menerangkan jika tari sufi sebenarnya merupakan tarian kematian, namun bagi para sufi, kematian adalah sebuah kebahagiaan.
“Tari sufi sebenarnya tarian kematian, tapi karena bagi sufi kematian bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi kematian itu perjumpaan pada kekasih (Allah),” jelas Rohman.
Rohman menjelaskan peci para penari sufi melambangkan batu nisan, sedangkan tenur yang bisa mengembang melambangkan kain kafan.
Para penari sufi yang tergabung dalam Darwis Nusantara mulai berlatih sejak tahun 2010. Melalui didikan KH Amin Budi Harjono dari Semarang, para penari sufi juga beberapa kali turut serta dalam berbagai pentas seni.
Belum lama ini, mereka juga meramaikan 1 abad Nahdlatul Ulama dengan menari sufi.
Ia berharap setiap anak muda bisa mengenali thoriqoh, salah satunya melalui media berkesenian.
“Harapannya, kami mau mengenalkan thoriqoh di anak muda. Dulu thoriqoh kan hanya untuk orang-orang tua, ini mengajak anak berthoriqoh tapi dengan berkesenian dulu,” katanya.