Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Bukan Jualan Sate Kambing Tapi Odading Mungil


P
emuda perantauan asal Batang yang merantau ke Jepara untuk berjualan Odading. 5 tahun sudah mereka menekuni pekerjaan ini. Mendorong gerobak dari desa Mayong ke pinggir Jalan Raya Mayong Jepara. 

Rozi nama salah satu pemuda penjual Odading di Mayong. Bukan pemilik usaha namun hanya sekedar karyawan biasa. Bekerja di perantauan membuatnya harus menelan rasa pahitnya kehidupan. Jauh dari rumah dijalaninya untuk bisa menghidupi kebutuhan hidupnya dan keluarga. 

Bangun jam 4 pagi untuk mempersiapkan diri membuka lapaknya. Berjalan menyusuri jalan di pedesaan dengan mendorong gerobak beserta temannya. Hawa dingin sudah menjadi temannya. Musim hujan bukan halangannya untuk mereka bisa berjualan di tepi jalan. 

Mereka tidak memiliki lapak yang menetap. Memilih tempat lapak milik orang lain untuk dijadikan tempat menggoreng odadingnya. Lapak sate ayam dan kambing Madura jadi sandarannya. Selain gratis juga karena lapak itu yang dekat dengan gerobak dagangannya.

Berjalan dan lari sudah menjadi kebiasaan mereka dalam menjual odading. Makanan ringan ini disajikan selagi hangat. Baru digoreng jika ada pembeli. Terkadang harus bolak-balik penggoreng ke gerobak untuk menyajikannya. 

Terpisahnya tempat penggorengan dan gerobak karena suatu alasan. Membentuk adonan terlebih dahulu sebelum digoreng menjadi salah satu alasannya. Beralaskan meja, plastik, dan tepung menjadi tempat untuk menguleni dan membentuk adonan sebelum digoreng. 

Mereka siap berjualan kira-kira jam 5 hingga jam 10 pagi. Memiliki penghasilan kotor per hari bisa hingga 500 ribu. Harganya yang terjangkau menjadikan makanan ini laku habis. Ditambah tempatnya yang mudah dijangkau oleh para pengguna jalan yang melintas. 

Raut wajah mereka tersenyum saat dagangan habis sebelum jam 10 pagi. Mereka bisa kembali ke kos untuk beraktivitas lainnya atau untuk beristirahat. Perjalanan yang ditempuh untuk kembali ke tempat kos memang tidaklah lama hanya saja terkendala akan gerobak dan alat masaknya. Namun, tetap mereka jalani dengan penuh semangat dan harapan akan keberhasilan.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *