KlikFakta.com, SEMARANG – Selama tiga tahun belakangan ini, para pemuda di Kota Semarang makin ogah lakukan pernikahan. Pasalnya terjadi penurunan jumlah pernikahan yang cukup signifikan.
Melansir dari Kompas.com, pada 2022 ada 9.858 pernikahan di Kota Semarang. Angka ini turun pada tahun berikutnya menjadi 9.245 pernikahan.
Tahun ini pun, jumlahnya diprediksi akan terus turun.
“Kalau data per September 2024 baru 6.260. Saya memperkirakan sampai akhir tahun 2024 nanti, mungkin (angka pernikahan) sekitar 9.000,” kata Kasi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang, Sumari, Kamis (7/11/2024).
Ia mengklaim gencarnya sosialisasi terkait dampak pernikahan dini menjadi salah satu faktornya.
Menurutnya masyarakat mulai sadar pernikahan tidak mudah.
“Orang menikah itu harus punya bekal. Jika orang dulu punya filosofi ‘anak saya cepat menikah akan mengurangi beban’, sekarang filosofi itu dibalik. Kalau menantunya belum siap menikah, nanti malah akan menambah beban mertua,” ucap Sumari.
Ia menambahkan, kesiapan menikah tak hanya diukur melalui umur, tetapi juga kestabilan emosional kedua pasangan yang hendak membina rumah tangga.
“Ketidaksiapan mental hingga medis, ujung-ujungnya banyak angka stunting karena belum tercukupinya gizi yang maksimal,” ungkap Sumari.
Sementara itu, Espos REGIONAL yang mewawancarai sejumlah pemuda atau Generasi Z di Semarang mengungkap alasan tak pikirkan nikah dulu.
Beberapa Gen Z mengaku tidak berfokus pada pernikahan. Melainkan pada pengembangan karir dan finansial.
Secara nasional, jumlah pernikahan di Indonesia terus turun dalam enam tahun terakhir.
Sebagaimana melansir dari CNBC Indonesia, data BPS menunjukkan adanya penurunan jumlah pernikahan.
Penurunan ini tampak drastis dari 2019 yang mencapai 1.968.878 pernikahan menjadi 1.792.548 di tahun 2020. Atau berkurang 176.330 pada tahun pertama pandemi Covid-19.
Setelah itu, meskipun terus turun namun hingga 2022 jumlahnya masih di kisaran 1.700.000-an.
Lalu pada 2023 terjadi penurunan drastis lagi. Dari 1.705.348 pada tahun 2022 menjadi 1.577.255 di 2023.
Melansir dari detikjatim, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair yakni Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi menjelaskan, faktor perempuan yang makin mandiri menjadi salah satu penyebab berkurangnya pernikahan.
Kini perempuan memiliki peluang kerja dan pendidikan yang sama dengan laki-laki. Perempuan masa kini pun tertarik mengejar karir
Di samping itu dewasa ini tidak banyak laki-laki yang dalam kondisi ekonomi mapan.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KPK) Wihaji, dilansir dari CNBC Indonesia, menduga alasan ekonomi yang menjadi faktor utama di balik fenomena tersebut.
Menurutnya, banyak anak muda yang khawatir dengan masa depan mereka di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Tak heran, banyak dari mereka yang pada akhirnya lebih memilih untuk fokus membangun karier.
Hal ini senada dengan yang diungkap Tia (24), seorang warga Semarang dalam pernyataannya kepada Kompas.com.
Ia mengaku merasa ketakutan untuk menikah karena biaya hidup yang semakin mahal di kota tersebut. Menurutnya, biaya tempat tinggal juga terus meningkat.
“Dengan gaji yang tak naik, saya berpikir dua kali untuk menikah,” kata Tia pada Kamis (7/11/2024).
Tia menambahkan bahwa dia ingin mengutamakan karier terlebih dahulu sebelum memikirkan pernikahan.
Dia merasa masih banyak hal yang ingin dilakukan sebelum menikah.
Good