KlikFakta.com, JEPARA – Jelang Bulan Ramadhan, sekitar 40 santri Pondok Pesantren Nailun Najah desa Kriyan, Kalinyamatan Jepara menggelar tari sufi.
Tarian sufi dilaksanakan di Jumat terakhir pada Bulan Sya’ban di halaman Masjid Al-Makmur Desa Kriyan, Jumat (8/3/2024).
Santri yang terdiri dari anak-anak hingga dewasa mulai melakukan tarian dengan lantunan lagu-lagu islami. Tarian memutar berlawanan arah jarum jam, dengan tangan kanan menghadap ke atas dan tangan kiri ke arah bawah.
Koordinator acara, Abdurrahman menjelaskan bahwa kegiatan ini sudah dilakukan selama lima tahun terakhir jelang Ramadhan.
Gus Maman, sapaan akrabnya mengemukakan bahwa Bulan Ramadan juga perlu disambut dengan kesenian.
“Seperti di daerah lain, Kudus punya dandangan, Semarang ada dugderan, kami menyambut Ramadhan dengan kesenian tari sufi,” ucap Maman.
Tari sufi, lanjut dia, sebelumnya pernah menjadi kontroversi dan ditolak masyarakat sekitar pada tahun 2010 lalu. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai menerima dan semakin banyak anak muda melakukan thoriqoh lewat tari sufi.
“Sebenarnya tari sufi ini simbol kematian, dengan peci tinggi yang menandakan batu nisan, dan pakaian putih menunjukkan seperti kain kafan,” terangnya.
Tujuannya, tari sufi mengingatkan manusia akan datangnya kematian. Tari sufi dilakukan secara sadar dengan proses latihan yang cukup panjang.
“Tari ini banyak manfaatnya, misalnya bisa menyembuhkan penyakit, sebagai media istighosah dan mengingatkan kepada Sang Kekasih, Allah SWT,” tambahnya.
Sebelum menari, lanjut Maman, seorang penari sufi terlebih dulu diharuskan mengambil wudlu dan berwasilah minimal kepada Nabi Muhammad saw, Abu Bakar, dan Syaikh Jalaluddin Rumi.
Setelah itu, pelan-pelan penari akan menunduk ke bawah sebentar kemudian mulai memutar dengan arah yang berlawanan jarum jam.
Pada posisi itu, penari sufi akan merapalkan doa dan memusatkan perhatian untuk berdizir kepada Allah Swt. Tangan kanan yang terbuka ke atas menandakan penerimaan rahmat dari Sang Pencipta. Sedangkan tangan kiri ke bawah menandakan menebar rahmat yang diterima ke semua makhluk di bumi.
Salah satu peserta tari sufi terkecil, Muhammad Titis Tirta Aji mengaku sudah belajar tari sufi sejak kelas satu SD. Titis merasa senang saat bisa menari dan mengikuti tari sufi di acara ini.
“Pertama kali belajar agak kesulitan, setiap memutar pasti pusing, sekarang sudah bisa,” kata Titis yang kini menginjak kelas 4 SD.