Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Ini Pendapat tentang Childfree dari Psikolog, Pemerintah, dan Ahli Agama

Selebgram Gita Savitri alias Gitasav ramai menjadi perbincangan lantaran mengutarakan pendapat dan pilihannya tentang childfree. (ilustrasi: bisnismuda.id)

KlikFakta.com – Selebgram Gita Savitri alias Gitasav ramai menjadi perbincangan lantaran mengutarakan pendapat dan pilihannya tentang childfree. Kini itu menjadi ramai dan mengundang respon dari berbagai pihak.

Menurut Jennifer Wattling Neal, childfree adalah orang yang tidak memiliki anak dan tidak ingin memiliki anak di masa depan.

Pendapat tentang childfree terpecah antara psikolog, ahli agama, dan pemerintah.

Pendapat Psikolog

Seorang psikolog anak dan keluarga Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPEd sebagaimana melansir JawaPos dari ANTARA, mengungkapkan bahwa childfree adalah pilihan.

Rosdiana mengatakan kepada ANTARA pada Jumat (10/2), ada berbagai alasan yang membuat seseorang memutuskan untuk childfree. Alasan itu pun berbeda bagi masing-masing individu.

“Orang kan suka bilang, ‘mungkin dia masa kecilnya trauma’. Kalau menurut saya, belum tentu, ya. Banyak juga kok, orang-orang yang trauma terus malah punya anak,” katanya.

Ia mencontohkan, orang berjiwa bebas dan suka berpetualang pasti akan mempertimbangkan berkali-kali tentang memiliki anak. Ini karena mereka tidak akan leluasa lagi lantaran harus menunaikan kewajiban sebagai orang tua.

Pada kasus lainnya, seseorang dengan pengalaman buruk sewaktu masih anak-anak bisa saja merasa lebih baik tidak punya anak setelah menikah.

Beberapa orang juga mungkin menyadari belum siap memiliki anak. Baik dari segi materi, fisik, maupun mental.

Menurut Rosdiana, seseorang yang memang belum siap memiliki anak lebih baik mengungkapkannya dan memutuskan tidak memiliki anak untuk sementara waktu.

Ia juga menyarankan agar pasangan yang hendak menikah mendiskusikan perihal perencanaan masa depan, termasuk keputusan memiliki atau tidak memiliki anak.

“Baik mau menikah dengan anak ataupun tidak dengan anak, kita itu sudah harus memikirkan kalau kita tua mau bagaimana,” kata Rosdiana.

Pendapat BKKBN

Kepala Badan Kependdukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengungkapkan ada beberapa konsekuensi bila banyak orang memilih childfree.

Hasto mengungkapkan kepada Republika pada Jumat (10/2), childfree akan berpengaruh kepada populasi. “Artinya pengaruh terdapa populasi penduduk secara keseluruhan itu sangat negatif,” ucapnya.

Ia beralasan, bila masyarakat memilih childfree, “maka di suatu negara itu akan mengalami namanya zero growth atau bahkan minus growth“.

Lama-kelamaan, generasi muda akan habis. Yang tertinggal hanyalah penduduk berusia tua dan tidak lagi produktif.

“Itu berbahaya. Kalau Indonesia terjadi seperti itu berbahaya sekali karena orang-orang tua di Indonesia itu penddikannya rendah, ekonominya juga masih rendah. Sehingga kalau tidak ada yang nanggung dari anak-anaknya berbahaya,” kata Hasto.

Kemudian, menurutnya, ini akan membahayakan ekonomi negara. Secara umum, pertumbuhan penduduk yang melambat akan mengganggu bonus demografi Indonesia. Pasalnya, bonus demografi membutuhkan tenaga usia produktif yang melimpah.

“Nanti kalau generasi usia reproduksinya habis, berbahaya untuk kemajuan perekonomian suatu bangsa,” jelasnya.

Menurut Ahli Agama

Pengasuh Pondok Pesantren Putri KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Nyai Hj Tho’atillah Ja’far Aqil mengatakan jika Islam tidak mengenal istilah childfree.

“Dari sudut pandang Islam, sudah tentu tidak ada istilah childfree atau tanpa keturunan dalam pernikahan,” tegasnya dalam laman NUOnline.

“Karena sejatinya kamu muslim menikah salah satu tujuannya untuk memperoleh keturunan agar dapat membentuk generasi selanjutnya sehingga bisa terus berjuang untuk mempertahankan eksistensi agama Islam,” lanjutnya.

Nyai Tho’ah kemudian meminta agar generasi muda tidak melakukan childfree. Menurutnya, keputusan tidak punya anak tisak sesuai dengan anjuran agama serta menyalahi makna filosofis dari pernikahan.

“Dengan berkeluarga orang dapat mempunyai anak. Dari anak yang shaleh diharapkan mendapatkan amal tambahan di samping amal-amal jariyah yang lain,” tandasnya.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *