Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Ribuan Petani di Pati Ancam Boikot Pemilu

ilustrasi

klikFakta.com, PATI – Sejumlah petani yang tergabung dalam Aliansi Petani Pinggiran Kali Juwana (APPKJ) Pati mengancam akan memboikot Pemilu. Ancaman tersebut akan ditunjukkan melalui pesan dalam tulisan alat peraga aksi demo yang akan mereka gelar.
Hal tersebut seperti yang dikatakan Ketua APPKJ) Pati, Burhanuddin, kemarin. Menurut Burhanuddin, berdasarkan hasil koordinasi dan konsolidasi antarkoordinator lapangan (korlap) 33 desa terdampak banjir Kali Juwana, akan menggelar aksi demo, Kamis (5/4/2018). Peserta diperkirakan mencapai ribuan petani.
Pihaknya mengaku telah mempersiapkan sejumlah hal untuk rencana aksi tersebut. Salah satunya alat peraga berupa banner, spanduk maupun pamflet dengan berbagai isi tulisan yang memuat beberapa pesan. Salah satunya, ancaman bahwa petani akan memboikot Pemilu. Tidak hanya itu, tetapi juga akan menolak membayar pajak jika pemerintah tidak serius mengagendakan normalisasi alur Kali Juwana.
“Dari desa terdampak bencana itu sampai sekarang untuk musim tanam (MT) pertama tanam padi belum bisa dilakukan. Sebab, areal persawahan mereka masih tergenang air,” kata Burhanuddin seperti dilansir dari suaramerdeka.
Menurutnya, kenyataan itu dialami petani yang mempunyai areal persawahan di bekas-bekas lokasi rawa pada masa penjajahan Belanda. Di antaranya, lanjut dia, warga Desa Wotan yang berbatasan dengan Desa Baturejo,
Baturejo dengan Gandudero, dan Gadudero dengan Desa Kasiyan, Kecamatan Sukolilo. Selebihnya di kecamatan yang sama dengan kondisi tak jauh berbeda, yaitu Dukuh Galiran, Desa Baleadi.
Adapun wilayah lainnya, yaitu di Kecamatan Kayen, meliputi Desa Pesagi, Srikaton, dan Talun. Dengan begitu, jangankan saat ini sudah musim tanam (MT) kedua, MT pertama saja sampai sekarang masih banyak petani yang belum bisa melakukan tanam.
Di sejumlah desa yang bersangkutan, memang ada upaya untuk mengubah areal persawahan mereka dengan menjadikan areal tambak bandeng air tawar.
”Akan tetapi, saat musim penghujan ancaman terjadinya bencana banjir di lokasi tersebut juga tak bisa dihindari,” ujarnya. Bupati Karena itu, masih kata Burhanuddin, demo yang digelar pekan depan itu dipastikan ribuan petani, baik lelaki maupun perempuan akan ikut serta.
Sebab, bercocok tanam adalah merupakan sumber penghidupan dan pendapatan keluarga, tapi ancaman gagal panen akibat banjir alur Kali Juwana selalu terjadi, dan menimbulkan kerugian ratusan miliar bagi para petani.
Dengan demikian, satu-satunya upaya yang bisa mengurai permasalahan itu hanyalah melalui revitalisasi dan normalisasi alur Kali Juwana.
Kendati yang bisa menuntaskan hal tersebut adalah pemerintah pusat mengingat besarnya anggaran yang dibutuhkan, maka pihaknya akan menyerahkan sepenuhnya upaya mencari jalan pemecahannya kepada Bupati dan DPRD Kabupaten Pati.
Mengungat upaya yang sudah dilakukan Bupati berulang-ulang dengan meminta bantuan ke pusat sampai sekarang belum ada respons secara nyata, maka demo yangdilakukan merupakan satu bentuk dorongan. Maksudnya tak lain, agar pemerintah pusat tidak mengabaikan pentingnya normalisasi kali tersebut.
Apalagi, jika selama ini terjadi kesenjangan dalam pemerataan pertumbuhan ekonomi, karena pemerintah pusat terlalu fokus pada pembangunan jalan bebas hambatan, tapi para petani tidak banyak mendapat manfaat dari hasil pembangunan itu.
Seharusnya, petani yang menjadi tulang punggung dalam mengupayakan terciptanya stabilitas dan ketahanan pangan nasional juga sama-sama mendapat porsi perhatian yang setara.
Maksudnya, silakan negara membangun jalan tol dengan biaya triliunan tapi petani hendaknya juga mendapat porsi pembangunan fasilitas sarpras pertanian. ”Seperti yang kami tuntut selama ini, adalah normalsasi alur Kali Juwana karena alur kali tersebut, tiap musim penghujan selalu mendatangkan kesengsaraan para petani,”pungkas Burhanuddin.
klikFakta.com/089-Ed

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *