KlikFakta.com, SEMARANG – Polrestabes Semarang menduga ada skema di balik maraknya aksi gangster atau kreak di Kota Semarang.
Melansir dari detikjateng, Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, mengungkapkan benang merah dari beberapa peristiwa di Semarang yang beberapa waktu lalu menggemparkan mulai terlihat.
“Ada peristiwa judi misal di Babyface, ada peristiwa gangster yang marak, ada pengerahan anak-anak SMK dalam demo,” kata Irwan di Mapolrestabes Semarang, Rabu (23/10/2034).
Ia menyebut banyaknya peristiwa melibatkan gangster dan siswa SMK ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Melainkan ada skema untuk membuat Semarang tidak kondusif.
“Rangkaian peristiwa itu tidak berdiri sendiri, tidak serta merta terjadi. Dilakukan secara terstruktur oleh pihak tertentu yang ingin situasi di Semarang tidak kondusif,” lanjutnya.
Menurut Irwan, skema peristiwa ini sengaja dibuat untuk memecahkan perhatian dari pengamanan untuk Pilkada 2024.
“Peristiwa-peristiwa itu sudah dicermati, sudah diskema, sudah mapping dan semua dilakukan, kami duga untuk mengalihkan fokus pengamanan untuk Pilkada,” imbuhnya.
Ia menjelaskan pihaknya telah melakukan penelusuran dari berbagai rangkaian kejadian tersebut. Kemudian agar peristiwa itu tidak makin berkembang, pihaknya melakukan pembubaran gangster.
Dalam pembubaran gangster ini, sebanyak 19 orang kreak diundang ke Mapolrestabes Semarang Selasa (1/10) untuk melakukan deklarasi pembubaran.
“Dari rangkaian peristiwa ini bagaimana memutus mata rantai dan mengkanalisasi agar tidak berkembang. Kami minta kepada pihak yang memiliki kepentingan dan pergerakan ini agar tidak meneruskan. Apalagi pola yang dilakukan sudah mengarah ke upaya pelanggaran hukum dan mengganggu kondusivitas,” ujarnya.
Sementara, dalam peristiwa unjuk rasa yang melibatkan para pelajar SMK, Irwan menyayangkan peristiwa tersebut.
Dia menyebut, ada unsur pengerahan dalam aksi para pelajar SMK yang sempat dibubarkan aparat. Menurutnya, para siswa itu mayoritas dari luar Kota Semarang.
“Antara lain ada tujuh siswa SMK dari Demak, tujuh dari Grobogan, ada dari Ungaran, dan lainnya. Tidak mungkin serentak bersama lakukan kegiatan jika tidak terstruktur,” ucap Irwan.
Saat ini polisi masih memburu siapa di balik gerakan tersebut. “Kita kejar, butuh beberapa langkah untuk jerat layer di atasnya,” kata Irwan.
Dugaan Aliran Dana
Maraknya aksi tawuran ini disinyalir lantaran adanya aliran dana dari situs judi online kepada para gangster.
Melalui dana itu, para gangster diminta membuat aksi tawuran setiap bulannya.
Melansir dari kumparanNEWS, dalam pengembangan kasus tawuran, ada tiga orang admin medsos dari gangster yang terafiliasi dengan judi online.
Yakni, Muhammad Iqbal Samudra (22) warga Bandarharjo Semarang, Muhammad Alfin Harir (19) warga Bangetayu Wetan, dan Sandy Wisnu Agusta (23) warga Pringgodani Semarang.
Iqbal kemudian mengalirkan dana itu ke gangster Alstar, Young_street_404, Teamdadakan, dan Teammasok.
“Kemudian tersangka Alfin ini admin akun gangster Teammasok, Sandy admin Teamdadakan, Iqbal admin Alstar dan Youngs_street_404,” imbuh Irwan.
Para tersangka ini mendapat uang sekitar Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per bulan untuk melakukan tawuran. Uang itu digunakan untuk membeli minuman keras, menyewa vila hingga membeli peralatan tawuran.