Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Lestarikan Budaya, Pengrajin Barongan Gunakan Limbah Kayu Menjadi Karya Seni

Pengrajin Barongan, Subandi mengolah limbah kayu bekas tak terpakai menjadi karya seni budaya

KlikFakta.com, KUDUS – Limbah kayu tak terpakai dimata Pengrajin Barongan asal Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus mampu diolah menjadi sebuah kerajinan barongan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Pengrajin Barongan, Subandi menjelaskan, awal mula membuat barongan itu karena ia terinspirasi dari suatu daerah yang memproduksi wayang klitik dan hasil tersebut kini menjadi ciri khas.

“Jadi barongan yang saya buat ini kepengen menjadi ciri khas sini agar dapat melatih anak, awalnya saya termotivasi untuk melakukan hal yang serupa seperti produksi wayang klitik. Akhirnya saya mencoba membuat barongan dan malah banyak diminati,” ujarnya saat ditemui, Kamis (5/10).

Bandi menyebut produk yang dibuatnya kini sudah menjamah masyarakat lokal hingga keluar kota yang berminat dengan hasil karyanya. Selain itu, produk yang dibuatnya bisa ramai dicari jika ada momen tertentu, seperti momen hari libur lebaran.

“Yang mesen dan melakukan permintaan itu dari anak kecil. kalangan anak SD. Permintaan bisa ramai jika ada momen seperti lebaran, 17 Agustusan dan karnaval,” ucapnya.

Pihaknya menyampaikan, karya yang dibuatnya dipatok mulai harga Rp 35 ribu yang bentuknya kecil seperti miniatur hingga Rp 1.5 juta yang berukuran dewasa. Selain itu, Ia juga dapat membuat pesanan sesuai permintaan. Mengingat dulu pernah ada yang pesan dengan harga Rp 2.5 juta.

“Dalam satu minggu saya bisa buat 4-5 buah dengan berbagai ukuran. Apalagi kalau momen besar bisa membuat hingga puluhan buah. Sedangkan untuk penjualan melalui online menggunakan aplikasi Facebook,” pungkasnya.

Ia menceritakan, proses pemanfaatan limbah kayu menjadi kerajinan barongan memakan waktu satu hingga dua hari. Dari proses itu, Bandi selalu melakukan bongkar pasang untuk menemukan komposisi yang cocok. Dia membuat kerajinan itu secara otodidak.

“Saya membuat barongan itu selama satu hingga dua harian dengan bongkar pasang. Saya mendapatkan inspirasi itu juga dari diri sendiri hasil proses bongkar pasang hingga jadi,” paparnya.

Pengrajin Barongan, Subandi mengolah limbah kayu bekas tak terpakai menjadi karya seni budaya

Lamanya proses tersebut karena pembuatan kerajinan barongan membutuhkan ketekunan dan ketelitian. Selain itu, ia membeberkan proses membuat kerajinan dari awal hingga akhir. Bandi awalnya memilih limbah kayu palet yang cocok untuk ukuran barongan.

Setelah itu, kayu yang dipilihnya akan digambar dahulu untuk membentuk rangka barongan. Kemudian hasilnya dirangkai bagian demi bagian hingga membentuk kepala barongan. Selanjutnya, warga Desa Karangrowo itu harus melakukan pengamplasan.

“Nah, setelah itu saya melakukan pengamplasan limbah kayu palet yang sudah berbentuk kepala barongan. Lalu, kepala barongan dicat,” tandasnya.

Menurutnya, saat mencapai proses itu Bandi harus teliti untuk membuat detail motif kepala barongan. Ketika usai, barongan itu diberi rambut-rambut yang terbuat dari buntut sapi. Ia memilih buntut sapi karena dinilai sangat awet dibanding dengan bahan lainnya.

“Saya tertarik kepada barongan itu sudah lama sebenarnya, saat masih anak-anak. Tetapi untuk usaha barongan ini saya geluti kurang lebih tiga tahun belakangan ini. Karena saya ingin melestarikan kebudayaan barongan,” tandasnya.

Bandi berharap, melalui hasil kerajinan tersebut diharap kedepannya masyarakat dapat terus ikut melestarikan budaya secara bersama khususnya melestarikan budaya barongan.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *