KlikFakta.com, KUDUS – Polsek Kudus Kota menggelar Program Blusukan ke sekolah dan pesantren di wilayah Kota Kudus dan kali ini menyasar ke Ponpes Al Amanah di Kelurahan Kerjasan Kota Kudus dalam rangka penguatan wawasan kebangsaan berbasis ajaran agama.
Dalam hal ini dijelaskan siapa yang dapat menguasai pikiran dan mengendalikan generasi muda saat ini maka dialah yang akan dapat menguasai dan membawa ke arah mana negara sepuluh sampai tiga puluh tahun kedepan.
Saat ini ada kencenderungan di tengah masyarakat bahwa segala sesuatu yang dibungkus ajaran agama akan lebih laku jual dan mudah untuk membentuk opini publik.
“Kita harus bangga dengan NKRI dan Pancasilanya, karena keduanya sudah sesuai dan tidak bertentangan dengan ajaran agama serta sesuai dengan kondisi budaya Bangsa Indonesia sehingga terbukti mampu menyatukan banyaknya perbedaan yang ada.” Ujar Kapolsek Kudus Kota Iptu Subkhan, S.H., M.HÂ pada Jumat (15/09)
Lebih lanjut Iptu Subkhan menyatakan, bahwa Indonesia dengan tujuh belas ribuan pulau, ratusan bahkan ribuan suku bangsa dan bahasa sampai saat ini masih tetap bersatu dalam wadah NKRI dan Pancasila serta mampu bertahan dari rongrongan radikalis dan komunis. Bisa kita bandingkan dengan yang terjadi di Benua Arab, mereka yang hanya satu daratan, satu suku bangsa dan satu bahasa saja, saat ini sudah terpecah menjadi dua puluh dua negara. Itu artinya mereka tidak mampu menjaga persamaan yang ada sehingga kemudian berbeda-beda, sedangkan kita mampu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada menjadi satu kesatuan yang utuh.
“Seiring dengan era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu tekhnologi, telah memicu terjadinya perubahan karakter masyarakat yang cenderung memiliki ketergantungan pada internet dan medsos yang menghilangkan batasan jarak dan waktu. Untuk itu para santri dituntut untuk tidak mudah terpengaruh atau tersugesti serta mampu membedakan konten-konten yang berisi propaganda, agitasi dan provokasi karena kalau sampai tidak dapat memfilternya akan membuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara ini pecah sebagaimana terjadi di Benua Arab,” jelas Iptu Subkhan.
“Persatuan dan kesatuan NKRI dengan Pancasilanya diperoleh dengan harga mahal dan penuh pengorbanan para pendahulu dan salah satunya dari komunitas ulama serta santri. Para santri dituntut untuk ikut berperan aktif menjaga negara ini dengan cara ikut membentengi masyarakat dari paham-paham yang merongrong persatuan dan kesatuan mengingat masih adanya pihak-pihak yang menggunakan ajaran agama guna mencapai tujuannya. Bersuarah di semua dunia nyata dan dunia maya karena silent majority is minoriti dan noice minority is majority,” pesan Iptu Subkhan mengkhiri materinya. (JIM/GIAN)