Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Batik Khas Kudus: Karakteristik Umum

Batik motif parijoto menara, salah satu motif khas Kudus yang menggambar alam dan nuansa Islam Menara Kudus (Foto: Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik “Batik Kudus Motif Parijoto: Bentuk, Makna, dan Fungsinya)

KlikFakta.com, KUDUS – Setiap daerah memiliki ciri khas motif batik yang berbeda, tak terkecuali batik Kudus. Artikel ini akan membawa anda mengenal karakteristik umum dari batik Kudus.

Meskipun sekarang terkenal sebagai penghasil rokok kretek, Kudus pernah mencapai masa kejayaan batiknya.

Batik Kudus mengalami masa kejayaan pada tahun 1930 hingga 1970-an. Pada masa itu corak dan motif batik Kudus sangat beragam karena pengrajin yang berbeda latar belakang.

Para pengrajin ada yang berasal dari etnis keturunan Tionghoa dan pengrajin yang merupakan penduduk asli atau pribumi. Dari dua latar belakang ini pun muncul motif yang saling bertolak belakang.

Motif batik dari etnis keturunan Tionghoa cenderung memadukan gaya antara corak pesisir dengan corak tradisional khas keraton.

Sementara batik dari kalangan pribumi bernuansa pesisiran dengan corak Islami. Karakteristik ini tak lepas dari dakwah Islam di Kudus. Yakni kehadiran Sunan Kudus (Syekh Dja’far Shodiq) dan Sunan Muria (Raden Umar Said).

Meskipun berbeda, batik Kudus mempunyai kesamaan karakteristik batik pesisiran yang warna wani. Hal ini karena letak geografis Kudus yang berdekatan dengan pantai.

Selain itu pada masa lalu gunung Muria masih terlepas dari pulau Jawa. Ini terbukti dari Kudus di masa dakwah Islam yang menjadi pusat perdagangan jalur laut melalui Sungai Gelis.

Batik Kudus dikenal sebagai batik peranakan yang halus dengan isen-isen (isian dalam raga, pola utama) yang rumit dan padat. Warna-warna sogan (kecoklatan) mendominasi dengan corak parang, tombak, atau kawung. Atau juga rangkaian bunga, kupu-kupu, rempah, atau tumbuhan sesuai ciri khas Kudus.

Salah satu motif khas batik Kudus yang berjaya adalah kapal kandas. Meskipun bernama ‘kapal’, batik satu ini tidak menggambarkan kapal. Melainkan rempah dan biji-bijian.

Ada dua versi asal usul batik kapal kandas. Pertama, menggambarkan biji-bijian dalam kapal Nabi Nuh yang kandas.

Kedua, menggambarkan rempah-rempah dalam kapal Laksamana Cheng Ho yang kandas akibat menabrak gunung Muria.

Muhammad Fadloli dari Omah Batik Kudus menunjukkan batik kapal kandas khas Kudus

“Justru tidak ada motif kapal di sini. Tapi ini ada motif bentuk rempah-rempah yang terinspirasi dari rempah-rempah yang saat itu diangkut oleh kapal milik Cheng Ho yang kemudian menabrak Gunung Muria. Ada parijoto juga yang akhirnya tersebar di wilayah Muria,” jelas Muhammad Fadloli dari Omah Batik Kudus pada Rabu (18/11/2020).

Kisahnya, rempah-rempah dari kapal itu akhirnya tersebar di kawasan gunung Muria. Salah satunya parijoto, yang kemudian mengilhami motif batik parijoto.

Batik Kudus pun punya ciri khas penggunaan latar yang berbeda dari daerah lain. Contohnya latar beras kecer (beras wutah) yang rapat dan halus seperti beras asli. Ada pula latar kembang randu yang padat mengisi seluruh bagian kain.

Batik motif merak dengan latar beras wutah
Latar kembang randu dalam batik khas Kudus

Batik Kudus sendiri pernah mati suri lantaran persaingan ketat dengan industri modern dan pabrik rokok. Namun sejak tahun 2005, pemerintah Kudus berusaha membangkitkan batik Kudus melalui pelatihan. Kini banyak pengrajin batik Kudus bermunculan bahkan karyanya telah mencapai pasar internasional.

Referensi: Fitinline, Rumah Batik Bedjo, Muria News

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *