KlikFakta.com, KUDUS – Tim peneliti Green Community Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang berkolaborasi dengan Muria Research Center (MRC) menemukan spesies endemik Gunung Muria. Itu adalah cicak batu yang habitat aslinya di sungai dan perkebunan kopi.
Penemuan tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Pengendalian dan Pemulihan Kerusakan ingkungan Hidup (PPKLH) DInas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus Apriliana, Selasa (6/12).
Peneliti Green Community Lutfian Nazar mengungkapkan, penelitian digelar pada Agustus sampai November 2022 di 12 desa di 3 kabupaten. Dari Kabupaten Kudus di Desa Colo, Desa Kajar, Ternadi, dan tiga titik di Desa Rahtawu. Kabupaten Jepara di Desa Somosari, Sumanding, dan Tempur. Serta Kabupaten Pati di Desa Sitiluhur, Jepalo, dan Panggonan, Tlogowungu.
Dari belasan desa tersebut, terdapat 60 spesies di Desa Kajar.
Tahun 2018 lalu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sekarang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga meneliti cicak batu muria.
Hasilnya, spesies itu ditemukan di habitat bebatusan di sepanjang sungai dan perkebunan kopi. Kemungkinan cicak batu juga ada di hutan pada ketinggian antara 600 hingga 650 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Didapati, cicak batu muria tidak ditemukan di ketinggian di bawah 500 mdpl namun masih dijumpai di ketinggian 700 mdpl.
“Kami juga mendapat data distribusi cicak batu muria di Desa Kajar,” begitu kata dia, melansir antaranews.
Cicak yang ditemukan di Desa Kajar memiliki ciri-ciri panjang tubuh dewasa 55-60 milimeter, berkepala lonjong dan ekor agak berduri.
Untuk melindungi spesies tersebut dari kepunahan, maka petani setempat akan diminta ikut peduli dan melindungi cicak batu itu.
Upaya sosialisasi tidak hanya ditujukan pada masyarakat, namun juga akan ke sejumlah sekolah.