Di belakang Abdul Halim Staf Kepala Desa Terban, nampak pegunungan pati ayam yang gersang dari dekat dan pohon keras hanya beberapa (foto : ra) |
KlikFakta.com, KUDUS – Kondisi kawasan Pegunungan Patiayam di wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati seluas 2.500 hektare terlihat gersang dan dan gundul. Banyak pohon-pohon keras ditebangi, dan banyam ditanami tanaman palawija, seperti jagung.
Dari pantauan media ini, hanya sedikut pohon keras yang tumbuh di pegunungan Patiayam tidak terlalu tinggi dan masih muda. Berada di wilayah Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, gunung Pati Ayam butuh bantuan banyak pihak untuk bisa kembali hijau.
Camat Jekulo Wisnu Broto Purnawarman berharap gunung yang menyimpan banyak sejarah tersebut bisa kembali hijau. Menjadi sumber oksigen, menjadi tempat infiltrasi, melindungi daerah di bawahnya dari bencana banjir.
“Dan di sini (dekat Pati Ayam) juga ada Waduk Logung. Kalau sampai Pati Ayam jadi semakin gundul, sedimen di waduk jadi tinggi. Kalau sudah tinggi jadi membahayakan masyarakat sekitar, ” kata Wisnu saat ditemui di ruangannya beberapa waktu lalu.
Menurutnya, jika tidak segera dihijaukan, maka dalam jangka waktu 5-10 tahun kedepan sydah tidak bisa digunakan.
“Makanya itu penting sekali untuk menghijaukan Pati Ayam, karena dia juga menyangga Logung. Walaupun Logung terbagi di wilayah Dawe juga, wilayah sini (Jekulo) juga ada,” jelasnya.
Camat Jekulo Wisnu Broto Purnawarman (foto : ra) |
Lanjut Wisnu, pihaknya sudah sering mengupayakan bersama dengan banyak pihak agar gunung patiayam bisa hijau dan rimbun kembali. Dan juga, pihaknya tak henti-hentinya meminta kepada semua masyarakat dan merangkul semua stakeholder di Kudus untuk bekerjasama.
“Satu visi dan misi untuk masa depan, bukan hanya untuk masa sekarang. Khususnya untuk masa depan Kudus dan Jekulo”, imbuhnya.
Masih kata Wisnu, gunung Patiayam sendiri saat ini masih memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan. Mulai dari peninggalan sejarah seperti belasan goa, jalan yang dibuat pada masa penjajahan Belanda, hingga potensi alam lainnya yang luar biasa.
“Di Pati Ayam ada cerita-cerita rakyatnya. Ada tempat-tempat tertentu yang belum sempat dikelola dengan baik. Pesona alamnya itu luar biasa, cuma belum tergarap,” ungkapnya.
Terpisah, Abdul Halim (51), Staf Kepala Desa Terban menambahkan, kegersangan Gunung Patiayam sudah memprihatinkan terjadi sejak tahun 1999 silam.
Lebih lanjyt, sejak sekitar tahun 1999 banyak pohon keras seperti jati yang ditebang sembarangan. Sempat ada aturan, bagi yang menebang pohon sembarangan akan dimasukkan penjara. Namun, karena terlambat, kini Gunung Pati Ayam terlihat sangat memprihatinkan. Gundul, gersang, dan panas.
“Pihak desa sudah berupaya memberi masukan atau bantuan yang dikelola oleh BUMDES, dan kabupaten. Diajukan ke pihak PT Djarum dan berupaya untuk menanami tanaman keras seperti alpukat, jambu, dan lainnya,” jelas Halim.
Namun, kesadaran masyarakat untuk menanami gunung dengan tanaman keras, tidak ada. Masyarakat lebih memilih menanami gunung dengan tanaman yang bisa cepat dipanen. Misalnya pohon jagung yang bisa langsung dipanen dalam waktu singkat.
“Pihak desa terus menerus memberi masukan dan arahan agar hutan Pati Ayam hidup kembali dan rimbun kembali,” harapnya.
Halim melanjutkan, masyarakat desa Terban masih memiliki hak 30 tahun untuk mewujudkan hal tersebut. Sebab, selama itu Dinas Perhutanan memberikan izin pemanfaatan hutan perhutanan sosial (IPHBS) selama 30 tahun kepada masyarakat untuk memanfaatkan dan mengelola gunung tersebut.
“Jika masyarakat tidak mengindahkan aturan itu, nantinya SK ditarik kembali dan dibuat hutan lindung,” jelasnya.
Ra