Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Simulasi PTM 9 SD di Kudus Tak Jadi Dilakukan, Ini Sebabnya!

Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Kudus Harjuna Widada (foto:klikfakta.com)

KlikFakta.com, KUDUS – Setelah sebelumnya 9 SD di Kabupaten Kudus diagendakan untuk mengikuti Simulasi Pendidikan Tatap Muka (PTM) yang bakal di gelar bulan depan. Kini hal tersebut batal dilaksanakan. Hal ini di sampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Kudus Harjuna Widada.

“Seperti edaran dari provinsi kalau SD belum bisa, ya kita mengikuti. Kita tidak berani melanggar aturan. Kita tangguhkan dulu, ” kata Harjuna saat dimintai keterangan oleh awak media.

Lebih lanjut, dalam surat edaran Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut bahwa yang boleh melakukan PTM hanya boleh dilakukan dijenjang SMP-SMA. Sedangkan PAUD-SD, atas masukan dari para ahli, rencan tersebut dibatalkan.

Lanjut Harujuna, kesembilan SD tersebut, yakni SD 2 Garung Kidul, SD 2 Nganguk, SD 2 Jetis Kapuan, SD Berugenjang, SD 1 Golantepus, SD 2 Hadipolo, SD Peganjaran, SD 1 Rahtawu, dan SD 8 Kandangmas.

 

Padahal sehari sebelumnya, ada ratusan guru SD yang mengikuti vaksinasi tahap pertama di gedung Pusat Belajar Guru (PBG), Senin (22/3/2021). Di mana vaksinasi tahap pertama guru ini diprioritaskan untuk para guru yang akan melakukan simulasi PTM nanti.

 

“Guru SD yang sudah terlanjur divaksin, ya sudah. Bisa mengurangi kuota vaksinsasi yang akn datang, ” ujar Harjuna.

 

Sementara untuk simulasi atau uji coba PTM yang rencananya akan digelar di tanggal 5-16 April 2021, Harjuna tidak bisa merealisasikan hal itu. Sebab, proses vaksinasi tahap kedua guru Kudus akan dilakukan di tanggal 5 April nanti.

 

“Rencananya PTM dilkukan tanggal 5 April nanti, tapi tanggal 5 Kudus baru vaksin kedua. Jadi kalau tidak ada halangan apapun, mungkin tanggal 6 setelah vaksin kedua, Kudus bisa mulai uji coba simulasi PTM, ” jelas Harjuna.

 

Mengetahui keputusan dari Gubernur Jateng terkait PTM di SD, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Kudus tidak mengetahui secara pasti apa alasannya. Pihaknya hanya memberikan wejangan kepada guru-guru SD agar bisa lebih memberikan proteksi kepada anak didiknya jika nanti SD diperbolehkan untuk PTM.

 

“Kalau alasannya (PTM SD dibatalkan) saya kurang tahu. Mungkin nanti kalau anak-anak berangkat sekolah diantar dan dengan protokol kesehatan ketat, mungkin diperbolehkan. Sekolah harus bisa lebih memberikan proteksi kepada anak didiknya. Harus dipastikan siapa yang menjemput, dan harus dengan protokol kesehatan,” kata Hartopo.

 

Dengan kejadian ini pula, Hartopo berharap, guru-guru bisa berinovasi dalam kegiatan belajar mengajar. Contohnya dengan mendatangi siswa ke rumahnya masing-masing.

 

“Kalau bisa guru datang ke rumah siswa, agar anak-anak masih bisa mendapatkan pendidikan secara langsung oleh gurunya, ” tandasnya.

RA

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *