Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Warga Masih “Ragu” atas Konsep Embung Kali Mati di Jepara (Seri 6)

Peta lokasi embung kali mati diantara kali Kanal berdasarkan google map. (KF-doc)

klikFakta.com, JEPARA – Megaproyek embung kali mati senilai puluhan miliar di Kabupaten Jepara pengerjaannya masih dilaksanakan hingga saat ini. Meski sudah berjalan sejak beberapa bulan lalu, namun ternyata masih ada warga yang mempertanyakan asas manfaat dari embung tersebut. Diantara mereka ternyata masih ada yang “ragu” dengan konsep embung tersebut yang bakal dijadikan bank air oleh PDAM Jepara.
Seperti Dodik (35), salah seorang warga mengatakan, yang dibuat embung adalah kali mati yang selama ini memang sering kering karena tidak teraliri air dari jalur sungai diatasnya. Menurut dia, kali mati tersebut hanyalah lengkungan seperti setengah lingkaran berbentuk ‘U’ dan diatas ‘U’ tersebut tertutup oleh jalur yang lain.
“Jadi ya memang tidak selalu ada air, meskipun sungai yang dari aliran sungai kanal itu ada air. Seperti hanya lahan kosong saja,” ujar Dodik kepada klikFakta.com, Sabtu (10/3/2018).
Warga lain, Ahmad (41) menambahkan, selama ini ia mengetahui yang namanya embung merupakan tempat penyimpanan air. Kemudian embung kali mati tersebut nantinya akan digunakan oleh PDAM Jepara untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat.
“Tapi apakah airnya nanti bisa banyak. Itu yang buat bingung, atau mungkin pemerintah punya rencana yang lebih besar dengan merekayasa aliran air dari sungai yang aktif itu,” ungkapnya.
Ahmad pun mengakui jika nanti embung sudah jadi dan bangunan serta tempatnya dibuat bagus, akan banyak warga yang berdatangan. Mereka akan rekreasi dan melakukan foto-foto di lokasi embung. Meski begitu, melihat bangunan yang sementara ini ada, memang belum terlihat bentuk menariknya. “Jangan sampai nanti hanya jadi pemborosan anggaran saja, wong dananya tidak sedikit,” ucapnya.
Berdasarkan penelusuran klikFakta.com, debit air yang ada di embung selama musim hujan belakangan ini tidak begitu banyak. Aliran air dari sungai kanal yang ada tidak langsung masuk ke area embung. Terlihat ada alat bantu penyedot air diantara sambungan sungai kanal dengan kali mati tersebut.
Pintu masuknya air sungai kanal sendiri ke area embung juga terlihat kecil. Sedangkan bagian lain justru masih ada yang belum ada airnya sampai di ujung keluarnya air untuk sampai kembali pada jalur sungai kanal.
Dari penelusuran jejak cyber juga demikian. Memang sambungan kali mati dengan kali kanal tidak secara penuh. Artinya, air bisa jadi memang tidak masuk ke area kali mati.
Seperti dikutip metrotvnews.com pada 7 Januari 2016 lalu, Direktur PDAM Jepara menyampaikan bahwa Embung itu akan dimanfaatkan untuk instalasi pengelolaan air sekaligus diharapkan dapat menjadi ruang terbuka baru di Jepara. Di sekitar embung juga akan dilengkapi taman dan fasilitas umum.
Meski dalam rancangan dinamakan embung, Prabowo melanjutkan, namun prinsip kerjanya tidak seperti embung. Dalam pengelolaan air nanti akan memanfaatkan air yang mengalir dari Sungai Bapangan (Jalur Kali Kanal). Selanjutnya, sebagian aliran sungai dimasukkan ke embung lalu dialirkan ke instalasi pengolahan.
“Air yang masuk embung itu untuk stok saat musim kemarau. Kemudian ketika musim penghujan, dapat mengurangi debit air yang mengalir ke wilayah perkotaan,” kata Prabowo.
Selain memanfaatkan bekas aliran sungai yang sudah mati, untuk bisa mendapatkan luas area embung yang bisa menampung 110 ribu meter kubik air, PDAM masih perlu membebaskan sekitar 3,5 hektare lahan. Seluas 2,5 hektare lahan milik warga akan dibebaskan. Sementara, 1 hektare lahan milik desa akan ditukargulingkan.
“Lahan warga akan dibebaskan untuk perluasan embung. Sedangkan lahan desa akan digunakan untuk instalasi pengolahan. Sisanya lahan yang digunakan adalah milik pemerintah,” kata Prabowo.
Lantas, dengan kondisi perkembangan pembangunan yang masih jauh dari kata mendekati selesai, dan kondisi debit air yang sedikit tersebut. Akan menjadi seperti apa nanti bangunan megaproyek puluhan miliar rupiah tersebut?

Ikuti terus penelusuran klikFakta.com, baik penelusuran lapangan maupun penelusuran cyber, pada ulasan di seri berikutnya.
(Redaksi / Wahyu KZ)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *