KikFakta.com – Sri Lanka “bangkrut,” kata Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe pada Selasa (5/7/2022), ketika negara itu menderita krisis keuangan terburuk dalam beberapa dasawarsa. Akibatnya jutaan orang berjuang membeli makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Wickremesinghe mengatakan kepada anggota parlemen bahwa negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menghidupkan kembali ekonomi yang runtuh di Sri Lanka sulit.
Ini lantaran negara Asia Selatan berpenduduk 22 juta itu telah memasuki pembicaraan sebagai negara bangkrut, bukan negara berkembang.
“Kami sekarang berpartisipasi dalam negosiasi sebagai negara bangkrut. Oleh karena itu, kami harus menghadapi situasi yang lebih sulit dan rumit dari negosiasi sebelumnya,” kata Wickremesinghe di parlemen.
“Karena negara kita dalam keadaan bangkrut, kita harus mengajukan rencana keberlanjutan utang kita ke (IMF) secara terpisah,” tambahnya. “Hanya ketika mereka puas dengan rencana itu, kami dapat mencapai kesepakatan di tingkat staf. Ini bukan proses yang mudah.”
Sri Lanka berada di tengah krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade, setelah cadangan devisanya anjlok ke rekor terendah, dengan dolar hampir habis untuk membayar impor penting termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Presiden Gotabaya Rajapaksa dalam Twitternya pada Rabu (6/7/2022) telah meminta bantuan dari Presiden Rusia Vladimir Putin dan meminta “tawaran dukungan kredit untuk mengimpor bahan bakar.”
Di beberapa kota besar, termasuk ibu kota komersial Sri Lanka, Kolombo, ratusan orang terus mengantri berjam-jam untuk membeli bahan bakar. Terkadang bentrok dengan polisi dan militer saat mereka menunggu. Sekolah telah ditangguhkan dan bahan bakar telah dibatasi untuk layanan penting.
Pada hari Minggu menteri energi Sri Lanka, Kanchana Wijesekera, mengatakan negara itu memiliki bahan bakar yang tersisa kurang dari satu hari.
“Dalam hal bahan bakar dan makanan, negara kita harus menghadapi krisis ini pada suatu saat. Bahan bakar langka. Harga pangan naik,” katanya, seraya menambahkan krisis internasional seperti perang Rusia di Ukraina telah memperburuk keadaan.
“Akibat krisis global belakangan ini, situasi ini menjadi lebih akut dan kami yang berada di penggorengan jatuh ke dalam oven,” kata Wijesekera mengibaratkan situasi Sri Lanka.
Pada hari Selasa, Perdana Menteri Wickremesinghe mengatakan dia berharap bahwa laporan tentang restrukturisasi utang dan keberlanjutan akan diserahkan kepada IMF pada bulan Agustus.
Setelah ada kesepakatan, program bantuan pinjaman komprehensif akan disiapkan untuk jangka waktu empat tahun, kata Wickremesinghe.
Pidatonya di parlemen diinterupsi oleh anggota parlemen oposisi yang meneriakkan teriakan “harus pulang” – merujuk pada presiden yang hadir. Rajapaksa terlihat meninggalkan gedung di tengah seruan.
Selama berbulan-bulan, sejumlah besar orang Sri Lanka telah menyerukan agar Rajapaksa mengundurkan diri atas tuduhan salah urus ekonomi.
Wickremesinghe mengatakan pada akhir tahun ini, inflasi akan naik menjadi 60%.
“Ini akan menjadi perjalanan yang sulit dan pahit,” kata Wickremesinghe. “Tapi kita bisa mendapatkan kelegaan di akhir perjalanan ini. Kemajuan bisa dicapai.”
Pemerintah Inggris mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka sekarang menyarankan semua perjalanan kecuali perjalanan penting ke Sri Lanka dibatalkan karena dampak krisis ekonomi.
(MM)