KlikFakta.com, JEPARA – Masyarakat Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Jepara tumpah ruah dalam tradisi Baratan ratu kalinyamat pada Sabtu (2/3) malam.
Tradisi ini sudah turun temurun berlangsung untuk menyambut datangnya Ramadhan.
Muhammad atau Gus Mad yang merupakan tokoh agama Desa Kriyan menyebut tema baratan tahun ini adalah “Siti Hinggil”. Yakni tempat Ratu Kalinyamat dahulunya menerima tamu (pesabean, red) dari keraton.
Menurutnya, Siti Hinggil merupakan bukti Kerajaan Jepara berlandaskan Islam. Mengingat hanya kerajaan Islam yang memilikinya.
Sebab jadi tempat penyambutan tamu keraton, maka terbentuklah nama Desa Kriyan. Yaitu terambil dari bahasa sanskerta ‘rakriyan’ yang artinya tempat tinggal para bangsawan.
“Hanya saja situs ini kurang terawat karena masih kepemilikan pribadi warga sekitar,” kata Gus Mad.
Tempat tersebut kini hanya berupa tanah lapang yang agak tinggi yang kini menjadi milik pribadi warga setempat.
“Kami ingin mengangkat situs ini supaya bisa kembali ke pemerintah lagi,” kata Gus Mad kepada awak media, Sabtu (2/3).
Ia berharap pelaksanaan baratan tahun ini, bisa kembali mengangkat Siti Hinggil sebagai obyek budaya daerah Jepara.
“Dengan tema ini, kami berikhtiar agar situs Siti Hinggil yang beberapa tahun ini terlantar akan diperhatikan kembali,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Jepara, Muh Eko Udiyyono, kegiatan budaya semacam ini perlu didukung oleh pemerintah dengan upaya apapun.
“Baratan ini tradisi yang sangat baik, tradisi ini jangan sampai hilang, mari bersama-sama melestarikan budaya ini,” ajaknya.
Mulainya kirab baratan ditandai dengan penyalaan kembang api.
Di barisan terdepan, dua sosok sapu jagat mengawal Ratu Kalinyamat mengelilingi Desa Kriyan. Diikuti barisan sesepuh desa yang melambangkan perwujudan ulama.
Setelah itu dayang-dayang, sosok sang Ratu dengan kereta kencana bertenaga kuda, prajurit wanita, gunungan hasil bumi dan barisan anak-anak serta warga.