Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Tradisi Perang Obor Khas Jepara, Yuk Simak Sejarahnya!

Tradisi perang obor di Desa Tegalsambi, Kabupaten Jepara (jepara.go.id)

KlikFakta.com, JEPARA – Tradisi Perang Obor di Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara digelar sekali setiap tahunnya.

Tradisi ini diyakini sebagai tolak balak dan buang sial. Tak hanya itu, tradisi tersebut juga menjadi ajang untuk nguri-nguri budaya Jepara.

Perang Obor akan digelar hari ini Senin (5/6/2023) sehabis isya’ atau sekitar pukul 19:00 WIB dengan start di di rumah petinggi Desa Tegalsambi.

Petinggi Desa Tegal Sambi Agus Santoso menerangkan, saat ini panitia telah menyiapkan sekitar 350 obor untuk gelaran Perang Obor dengan 40 orang pemain. Para pemain berasal dari warga Desa Tegalsambi.

Tradisi turun temurun tersebut juga sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan anugerah panen kepada masyarakat setempat.

Tentunya tradisi menarik ini tak bisa terlewatkan begitu saja. Terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke Jepara!

Sejarah Perang Obor

Menghimpun dari berbagai sumber, tradisi perang obor ada sejak abad XVI Masehi.

Pada masa itu di Desa Tegalsambi ada petani kaya dengan sebutan “Mbah Kyai Babadan”.

Ia memiliki banyak hewan ternak, terutama sapi dan kerbau. Karena tak mampu menggembala sendiri, maka ia mencari orang untuk menjaga ternaknya.

Kyai Babadan memperoleh seorang penggembala yang sering dipanggil Ki Gemblong.

Ki Gemblong sangat tekun dalam menggembala ternak. Ia rajin memandikannya di sungai pada pagi dan sore hari. Binatang ternak itu pun jadi tampak gemuk dan sehat.

Karena kepiawaiannya, Kyai Babadan pun senang dan memuji Ki Gemblong.

Satu ketika, ketika tengah menggembala di tepi sungai Kembangan, Ki Gemblong yang melihat banyak ikan dan udang di sungai mulai menangkapinya. Hasil tangkapan itu kemudian ia bakar dan makan di kandang.

Lama kelamaan, ia jadi selalu menangkap ikan dan udang untuk makan di kandang sampai meninggalkan tugasnya menggembala.

Walhasil, hewan ternak yang seharusnya ia jaga jadi kurus dan sakit-sakitan. Beberapa pun mulai mati.

Kecurigaan pun muncul dari Kyai Babadan. Obat dan jampi-jampi yang ia berikan pada ternaknya tak membuahkan hasil. Hingga akhirnya ia mengetahui penyebab sebenarnya dari sakitnya ternak.

Tidak lain karena Ki Gemblong tidak lagi mau mengurus ternak tersebut, namun lebih asyik menangkap ikan dan udang.

Kyai Babadan pun marah besar hingga menghampiri dan menghajar Ki Gemblong dengan membawa obor dari pelepah kepala.

Tak mau tinggal diam, Ki Gemblong pun membalas dengan menggunakan obor yang sama hingga terjadi “Perang Obor”.

Percikan api dari obor itu menyebar hingga sempat membakar tumpukan jerami di sebelah kandang. Para hewan ternak pun lari tunggang langgang, termasuk hewan yang sakit.

Hewan-hewan yang sakit mampu berdiri lagi dengan tegak sambil memakan rumput di ladang.

Masyarakat pun mengenggap kejadian itu sebagai mukjizat dari Tuhan Yang Maha Esa, melalui perang obor yang bisa menyembuhkan penyakit.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *