KlikFakta.com, JEPARA – Ketua DPRD Jepara Haizul Ma’arif merasa prihatin atas fenomena tingginya perkawinan anak serta kekerasan pada perempuan dan anak di Jepara.
Haiz mengatakan faktor kemiskinan bukanlah penyebab utama adanya pengajuan dispensasi nikah. Sebab angka kemiskinan di Jepara paling rendah untuk kategori kabupaten se-Jawa Tengah.
“Kita perlu melihat dan mengkaji faktor apa saja yang menyebabkan fenomena ini terjadi dan bagaimana saja tren nya,” kata Haiz saat dialog interaktif Jaring Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara) di Radio Kartini Jepara, baru-baru ini.
Ia menjelaskan, banyak penyebab dari tingginya tren perkawinan anak. Di antaranya pergaulan bebas, merasa mampu menikah, dan rendahnya semangat belajar anak.
Maka dari itu, perlu ada refleksi pada kebijakan untuk mengantisipasi hal tersebut.
“Kami sebagai anggota Dewan akan mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan terpadu, kebijakan yang sifatnya preventif dan sesuai realita yang ada,” jelas Gus Haiz, sapaan akrabnya.
Selain itu, budaya patriarki menjadikan angka perceraian dan kekerasaan baik terhadap perempuan maupun anak terus meningkat.
Gus Haiz membeberkan angka kekerasan seksual masih mendominasi kekerasan terhadap anak dengan jumlah 11 kasus. Sedangkan kekerasan terhadap perempuan akibat KDRT sebanyak 10 kasus. Kasus perceraian yang diputus pengadilan agama sepanjang tahun 2021 berjumlah 2048 putusan.
“Ini perlu menjadi perhatian bersama bukan hanya pemerintah saja, tetapi semua stakeholder untuk menekan kasus tersebut,” tambahnya.
Gus Haiz mengimbau agar orang tua menguatkan perannya dalam tumbuh kembang anak untuk membantu mereka mencari jati diri agar tidak kehilangan arah.
“Untuk itu kehadiran orangtua tidak hanya sebatas kehadiran fisik namun bisa menjadi sosok di depan anak-anak,” harapnya.
Sementara itu, aktivis perempuan Mayadina mengatakan, untuk menganalisis fenomena kawin anak perlu menggunakan 3 lapisan pendekatan. Yakni tren penyebab terjadinya kawin anak, dimensi kebijakan dan tradisi, dan model mental para pelaku kawin anak.
Ia mengatakan jika perempuan harus berdaya agar terus meningkatkan kapasitas diri dan berdaya, sehingga mereka bisa mengandalkan diri mereka sendiri.
“Jika perempuan sudah berdaya guna, mereka akan lebih mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain,” kata Dina. Adv