Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Beredar Kabar Penculikan Anak di Jepara, Dosen Psikologi UNDIP Beri Tips Mewaspadainya

Ilustrasi anak mengalami trauma berat

KlikFakta.com, JEPARA – Masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah gempar dengan beredarnya kabar penculikan anak yang mulai tersebar di berbagai kecamatan di Jepara seperti di Batealit, Pecangaan, dan lainnya.

Kabar tersebut tersebar luas melalui grup Whatsapp dan Facebook. Para orang tua pun dibuat takut terutama saat anak pergi sekolah.

Ada pula bukti tangkapan layar dari grup orang tua murid yang berisi himbauan untuk lebih hati-hati. Sebab ada modus penculikan dengan menjemput anak dengan dalih kakek dirawat di rumah sakit.

Menanggapi kabar yang tersebar, Kepala Polisi Resor (Kapolres) Jepara, AKBP Warsono melalui humas mengimbau masyarakat tidak perlu takut atau resah berlebihan mengenai isu penculikan anak di Jepara.

“Jangan mudah percaya sebelum mengetahui faktanya,” katanya secara tertulis.

Ika Febrian Kristiana, dosen psikologi anak Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menjelaskan bahwa faktor ekonomi menjadi pendorong utama adanya penculikan.

“Tujuan mereka (penculik) untuk mendapatkan tebusan. anak yang diculik tersebut juga kadangkala disuruh mengemis,” katanya

Selain itu, adanya penyimpangan seksual juga mendorong adanya penculikan.

Tak hanya itu, berdarnya berita penculikan juga mendorong seseorang untuk melakukan hal serupa dengan dalih mengambil keuntungan.

“Semakin berita penculikan anak di blow up, ada kemungkinan orang yang semula tidak berfikir melakukan penculikan kemudian terfikir,” terang Ika.

Ia juga menuturkan jika keuntungan yang diperoleh dari menculik itu sangat besar, tidak sebanding dengan hukuman yang diperoleh. Sehingga perlu adanya kerjasama dengan penegak hukum.

Ika menjelaskan jika modus penculikan kebanyakan dibujuk dengan hal bersifat kegembiraan karena anak dipandang menjadi sosok lemah.

Selain itu, ada pula modus berpura-pura menjadi saudara jauh orang tua atau menjanjikan mengantar pulang ke rumah.

Ika mengatakan peran keluarga dan sekolah untuk mencegah penculikan itu penting.

“Kita bisa mengajarkan kepada anak kewaspadaan, misalnya ciri-ciri dan orang yang perlu kita curigai ketika orang itu punya keinginan jahat pada kita,” terangnya.

Beritahu anak mengenai gelagat atau perilaku penculik, lanjut Ika, selain itu perlu memberikan edukasi pada anak mengenai modus yang sering digunakan oleh pelaku penculikan.

Ia menerangkan bahwa masyarakat perlu jadi alarm untuk meningkatkan kewaspadaan.

Misalnya di Jawa Tengah mengenal program Jogo Tonggo, karena akhirnya masyarakat tidak bisa cuek kepada tetangga.

Ketika ada orang yang mencurigakan, tetangga bisa memberitahu kepada masyarakat lain mengenai hal yang dapat mengarah kepada penculikan.

Penulis: Nur Ithrotul Fadhilah

Editor: Melina

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *