![]() |
Lokasi makam Raden Ayu Dewi Nawangsih, Raden Bagus Rinangku, dan Kyai Masjudi di Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kudus (foto : KlikFakta.com) |
KlikFakta.com, KUDUS – Warga Dukuh Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus sebelum menjelang bulan suci Ramadhan memiliki tradisi unik. Yakni pada hari Kamis terakhir pada bulan Sya’ban memiliki makna lebih bagi warga Dukuh Masin.
Hingga saat ini, mereka masih melestarikan tradisi turun-temurun dengan konsep bersedekah yang dikenal luas dengan sebutan tradisi Sewu Sempol.
Tradisi yang digelar di lokasi Makam Raden Ayu Dewi Nawangsih, Raden Bagus Rinangku, dab Kyai Masjudi di Dukuh Masin ini rutin dilaksanakan tiap tahun. Lantaran masih dalam masa pandemi, untuk tahun ini tradisi Sewu Sempol dilakukan secara sederhana dan terbatas.
Juru Kunci Makam, Anas Lirianto, mengatakan, tradisi Sewu Sempol dilangsungkan untuk menghormati para leluhur. Warga datang dengan membawa makanan berupa ayam ingkung dan nasi tahu tempe yang dibungkus menggunakan daun jati ataupun daun pisang.
“Jadi acara ini sebenarnya acara sedekah untuk ahli kubur. Sebagian makanan yang dibawa oleh warga nanti kami ambil separo. Sedekahan itu nanti kami hadiahkan untuk para ahli kubur,” kata dia saat ditemui awak media di lokasi Punden, Jumat (9/4).
Sedekahan yang telah terkumpul tadi, kemudian dilangsungkan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Setelah itu, dilanjutkan dengan makan bersama oleh panitia intern. Sementara warga, pulang ke rumah masing-masing dengan sebagian makanan mereka yang sudah didoakan.
Warga diharapkan dapat mengambil nilai baik pada ritual sedekahan ini. Dimana, penting sekali untuk berbagi dengan sesama, baik kepada sesama orang yang masih hidup maupun kepada ahli kubur.
“Keyakinan kami, intinya kalau orang mau minta ya memang harus tau cara memberi. Jadi kita harus tau caranya memberi, tau caranya bersedekah,” pungkasnya.
Untuk diketahui, sebagian ingkung yang diambil separo oleh panitia adalah sayap dan sempolnya. Menurut Anas, hal ini tidak ada maksut dan makna lain. Akan tetapi, untuk menghindari saja terjadinya kekualahan saat menampung makanan tersebut.
Pun begitu dengan sebutan Sewu Sempol. “Kalau jumlah sedekahan yang dibawa warga kesini, jumlahnya bisa lebih dari seribu,” tandasnya.
Selain sedekah makanan, warga juga diwajibkan membawa bunga tiap kali datang berziarah. Apabila tidak patuh, maka akan diminta pulang dan kembali lagi membawa bunga-bunga sebagai simbol wewangian.
“Disamping nasi dan ingkung tadi, warga juga membawa bunga. Itu memang kami wajibkan dan sudah tradisi sejak dulu,” tuturnya.