KUDUS, KlikFakta.Com – Minimnya kurikulum yang selaras dengan kebutuhan industri nasional menjadikan banyak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak mampu terserap secara maksimal. Sehingga puluhan SMK di Kudus dan sekitarnya melakukan kegiatan penyelarasan kurikulum yang berlangsung di @Hom Kudus, kemarin (5/11/2017).
Revitalisasi SMK yang dipelopori SMK NU Ma’arif Kudus itu diikuti puluhan SMK-SMK yang ada di Karesidenan Pati tersebut melakukan penyelarasan kurikulum masing-masing bidang kejuruan dengan kebutuhan industri skala nasional yang terbagi dalam tujuh kelompok forum group discution (FGD).
Selain Puluhan SMK kegiatan tersebut juga dihadiri perwakilan puluhan industri skala nasional yang tak hanya siap untuk transfer ilmu tapi juga kerjasama yang saling menguntungkan industri, sekolah, serta siswa. Sehingga dengan adanya kegiatan tersebut banyak siswa lulusan SMK khususnya dari Kudus banyak yang terserap.
Ketua Program Pengembangan SMK, Benny Yulianto mengatakan bahwa saat ini lulusan SMK- SMK di Kudus baru terserap di industri nasional prosentasenya masih cukup kecil. Yakni, hanya 10 persen saja. Sehingga dengan adanya penyelarasan tersebut dapat meningkatkan lulusan banyak terserap.
“Kurikulum yang terintegrasi dengan industri nasional diharapkan mampu menyerap hingga 60 persen lulusan SMK Kabupaten Kudus dan sekitarnya. Kegiatan ini masih dalam rangkaian pengembangan SMK dan ekonomi khusus yang ditunjuk oleh direktorat yang kebetulan SMK NU Ma’arif Kudus untuk menjembatani SMK-SMK yang lain untuk bisa masuk di industri nasional yang saat ini jumlahnya masih minim yang terserap di sana,” katanya.
Ia menambahkan pada kesempatan tersebut turut hadir Astra Daihatsu, Yamaha Indonesia Manufacturing (YIM), PT Jabaku Karaba Technology, PT Skyline, Panasonic, GMG Indonesia, dan lainnya yang turut andil dalam FGD tersebut.
Sementara itu, Subianto dari Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah dalam sambutannya menyebutkan penyelarasan memang perlu dilakukan sehingga memenuhi kebutuhan pasar yang dalam hal ini industri. Sehingga memiliki kompetensi yang memang dibutuhkan pasar.
“Negara-negara lain misalkan untuk praktik mobil sudah menggunakan mobil keluaran terbaru. Sedangkan di kita masih menggunakan kendaraan keluaran 90an. Jadi ini tidak nyambung apa yang dipelajari dengan realita di lapangan,” pungkasnya. [KF/090]