KlikFakta.com, JEPARA – Kekeringan di Kabupaten Jepara kian meluas sampai 19 desa di 11 kecamatan. Bertambahnya desa yang terdampak membuat status kekeringan di Jepara naik menjadi Tanggap Darurat Bencana.
Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jepara Muh Ali Wibowo menerangkan, dengan adanya status tanggap darurat kekeringan, maka dropping air bersih akan mengambil dari dana tidak terduga sebanyak 190 juta.
“Pengajuan bantuan tidak terduga untuk dropping agar efektif dan efisien,” ujarnya.
Ia pun membeberkan, ke 19 desa yang kekeringan yakni di Kecamatan Donorojo ada Desa Sumberejo dan Clering.
Di Kecamatan Keling ada Desa Kunir dan Gelang. Kecamatan Pecangaan kekeringan melanda desa Gerdu dan Kaliombo.
Sementara di Kecamatan Nalumsari ada di Desa Bategede dan Tunggulpandean. Di Kecamatan Karimunjawa ada di Desa Kemujan, Dukuh Mrican, Telaga, serta Batulawang. Untuk Kecamatan Bangsri ada di Desa Tengguli.
Kecamatan Mayong di Desa Mayong Kidul, dan Kecamatan Batealit di Desa Bringin. Kemudian di Kecamatan Welahan ada Desa Kedungsari Mulyo.
“Kedungmalang jumlah yang harus di dropping itu banyak sekali. Hampir merata satu desa kekeringan semua,” terang Ali.
“Kalau di Bategede kan ada, itu hanya beberapa RW saja yang kekeringan, di Kaliombo beberapa RW yang kekeringan. Jadi tidak semua serta merta semua desa terdampak itu tidak,” sambungnya.
Untuk di Karimunjawa, lanjut dia, ada Desa Kemujan yang menjadi titik terbanyak kekeringan, namun belum minta dropping air bersih.
“Model penanganan kekeringan itu pengiriman air harus rutin tidak bisa 1 tangki 2 tangki setelah kita lepas mereka dapat air lagi, kan tidak. Setelah air abis ya tentunya masih butuh lagi. Apalagi ada fenomena el nino,” katanya.
Sebelumnya, anggaran kekeringan di tiap tahunnya sebanyak 18 juta, namun dana tersebut sudah habis saat berjalan dua bulan dropping air.
“Sudah habis (dana). untuk penyaluran di utara tidak ada 2 bulan habis. Tambahan Dana CSR dari berbagai instansi,” pungkasnya.