Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Tradisi Baratan Digelar di Desa Kriyan Jepara Sambut Ramadhan

Pelaksanaan tradisi baratan di Desa Kriyan, Kabupaten Jepara pada Minggu (12/3) (KlikFakta/Nur Ithrotul Fadhilah)

KlikFakta.com, JEPARA – Tradisi baratan kembali digelar di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara untuk menyambut datangnya bulan ramadhan.

Serangkaian acara dimulai pada tanggal 6 Maret- 12 Maret 2023, dari pembacaan yasin sebanyak 3 kali, sholat hajat, khataman alquran, hingga puncaknya yakni arak-arakan. Ratusan warga memadati sekitaran Masjid Al-Makmur pada acara puncak arak-arakan Baratan pada Minggu (12/3/2023).

Sebelum prosesi arak-arak mulai, tokoh agama beserta masyarakat melantunkan tahlil serta doa (KlikFakta/Nur Ithrotul Fadhilah)

“Kita sudah mulai acara pas Nisfu Sya’ban. Kami ada rentetan acara. Kemarin sekitar 313 kali masyarakat dan santri. Terus ada khataman Quran,” ungkap salah satu tokoh masyarakat Kriyan, Muhammad.

Mengusung tema “Tirto Kahuripan”, Tokoh Agama Desa Kriyan Kyai Muhtadi, menuturkan di Masjid Al-Makmur terdapat sumur yang dipercaya dapat membawa berkah dan manfaat.

Muhammad menambahkan diusungnya tema tersebut agar masyarakat tahu bahwa ada peninggalan Ratu Kalinyamat yang mungkin tidak akan hilang.

Penyerahan kendi “Tirto Kahuripan” yang selanjutnya akan diarak keliling desa (KlikFakta/Nur Ithrotul Fadhilah)

Ia menjelaskan tradisi baratan berasal dari kata “bara’ah”. Namun karena orang jawa tidak bisa mengucapkannya, akhirnya menjadi “baratan”.

Baratan yang dilaksanakan pada malam Nisfu Sya’ban mempunyai nama lain lailatul bara’ah berarti malam pembebasan dari dosa-dosa manusia yang mau bertaubat. 

Muhammad menerangkan memasuki bulan Ramadhan, diharapkan masyarakat akan terbebas dari segala kemaksiatan, sehingga menjalani Ramadhan dengan semangat. 

Arak-arakan tersebut memiliki formasi adanya peraga Ratu Kalinyamat, pasukan sapu jagat, wali kutub, prajurit, dayang, pembawa puli, dan lain-lain. 

Salah satu pasukan pembawa puli yang merupajan makanan khas daerah Ratu Kalinyamat kala itu (KlikFakta/Nur Ithrotul Fadhilah)

Mengenai pemeran Ratu Kalinyamat, ia menjelaskan itu merupakan bentuk kearifan lokal karena menggbungkan agama dan budaya.

Impes yang dimaknai sebagai penerangan yang digunakan untuk menerangi Ratu Kaliyamat saat jalan di malam hari (KlikFakta/Nur Ithrotul Fadhilah)
Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *