KlikFakta.com – Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, pemimpin terlama di Jepang, meninggal pada hari Jumat (8/7/2022) beberapa jam setelah dia ditembak saat berkampanye untuk pemilihan parlemen. Peristiwa ini mengejutkan Jepang yang kekerasan politik jarang terjadi dan senjata dikontrol dengan ketat.
Melansir dari Reuters, seorang pria menembak Abe (67) dari belakang dengan senjata rakitan saat dia berbicara di sebuah pulau lalu lintas di kota barat Nara.
Itu adalah pembunuhan pertama seorang pejabat atau mantan perdana menteri Jepang sejak zaman militerisme sebelum perang pada tahun 1936.
Dokter berjuang untuk menyelamatkan Abe tetapi dia meninggal pada pukul 17:03 waktu setempat. Abe meninggal sekitar lima setengah jam setelah ditembak.
Dia tewas kehabisan darah karena dua luka dalam, satu di sisi kanan lehernya, kata seorang dokter pada konferensi pers yang disiarkan secara nasional. Mantan pemimpin itu tidak memiliki tanda-tanda vital ketika dia dibawa masuk.
Berbicara sebelum kematian Abe diumumkan, Perdana Menteri Fumio Kishida mengutuk penembakan itu dalam “istilah yang paling keras” sementara rakyat Jepang dan para pemimpin dunia menyatakan keterkejutannya.
“Serangan ini adalah tindakan kebrutalan yang terjadi selama pemilihan (dasar dari demokrasi kita) dan benar-benar tidak dapat dimaafkan,” kata Kishida, berjuang untuk menahan emosinya.
Polisi mengatakan seorang pria berusia 41 tahun yang dicurigai melakukan penembakan telah ditangkap. NHK mengutip, tersangka yang diidentifikasi sebagai Tetsuya Yamagami mengatakan kepada polisi bahwa dia tidak puas dengan Abe dan ingin membunuhnya.
Abe sedang kampanye di luar stasiun kereta api ketika dua tembakan terdengar. Petugas keamanan kemudian terlihat menangkap seorang pria dengan kaos abu-abu dan celana panjang krem.
“Ada ledakan keras dan kemudian asap,” kata pengusaha Makoto Ichikawa, yang berada di tempat kejadian, mengutip Reuters.
“Tembakan pertama, tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi, tetapi setelah tembakan kedua, polisi khusus terlihat menanganinya.”
Sebelumnya, kantor berita Kyodo menerbitkan foto Abe yang tergeletak di jalan dengan pagar pembatas, darah di baju putihnya. Orang-orang berkerumun di sekelilingnya, salah satunya melakukan PCR.
Abe menerima lebih dari 100 unit darah dalam transfusi selama empat jam saat mengalami pendarahan dari luka di jantung, kata Hidetada Fukushima, profesor yang bertanggung jawab atas pengobatan darurat di Nara Medical University Hospital. Dia tiba di rumah sakit dengan kondisi henti jantung.
Airo Hino, profesor ilmu politik di Universitas Waseda mengatakan penembakan seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya di Jepang. “Belum pernah ada yang seperti ini,” katanya.
Politisi senior Jepang itu slalu didampingi oleh agen keamanan bersenjata tetapi sering kali dekat dengan publik, terutama selama kampanye politik ketika mereka berpidato di pinggir jalan dan berjabat tangan dengan orang yang lewat.
(MM)