Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Kupas Cara Walisongo Melestarikan Lingkungan, KKN UIN Walisongo Laksanakan Bincang Lingkungan

Kupas Cara Walisongo Melestarikan Lingkungan, KKN UIN Walisongo Laksanakan Bincang Lingkungan

KlikFakta.com, Semarang – Dalam rangka kampanye lingkungan, KKN RDR Ke-77 Kelompok 104 adakan kegiatan diskusi online bartajuk “Bincang Lingkungan: Menilik Cara Walisongo Menjaga dan Melestarikan Lingkungan”. Kegiatan ini mengambil tempat di Omah Pang, yang merupakan bagian dari Desa Wisata Nongkosawit. (26/10/21)

Menghadirkan Suwarsono yang merupakan bagian dari Komunitas Kandang Gunung, diskusi online dapat dinikmati melalui platform Youtube. Suwarsono menyampaikan tentang keikutsertaan Walisongo dalam melestarikan lingkungan. Beliau menyampaikan tentang peran wali dalam mengembangkan dimensi pertanian.

“Setiap wali pasti mengajarkan bagaimana cara bercocok tanam,” ucap Suwarsono.

Ketua Komunitas Kandang Gunung ini juga menyampaikan terkait Sunan Muria yang mengangkat dimensi lingkungan dalam syiar Islamnya. Sunan Muria membaktikan diri dengan alam. Hal ini tercermin dari tradisi sedekah bumi.

“Orang mengira tradisi sedekah bumi itu tinggalan hindu-budha, padahal ini peninggalan Sunan Muria. Ini menunjukkan bahwa Islam itu Rahmatan Lil Alamin,” tambahnya.

Sunan Muria mengajarkan untuk menyayangi, mencintai, dan melestarikan makhluk hidup dan alam semesta. Hewan dan tumbuhan saja disayangi, apalagi manusia. Salah satu cara mengejawantahkan Sunan Muria yaitu dengan hidup berdampingan dengan alam.

“Sunan Muria hidup di atas gunung. Dengan cara melestarikan yang unik, dengan memberikan peringatan-peringatan melalui himbauan yang bisa diterima masyarakat. Seperti kaitan hal mistis, atau dengan mengeramatkan tanaman, ini merupakan salah satu upaya para wali melestarikan tanaman,” sambung Warsono.

Tidak hanya Sunan Muria yang merupakan Walisongo, Warsono juga menyinggung Wali yang lain. Dalam perjalanan menjaga lingkungan juga masih bisa dilihat dari budaya atau ajaran yang ditinggalkan, salah satunya dalam bidang pertanian. Hal ini tercermin dalam tradisi sego tedun yang merupakan budaya asli Nongkosawit.

“Tedun berasal dari kata tedho, jika dikaitkan dengan ajaran keagamaan ya, orang beribadah itu harus makan,” jelasnya.

Pada akhir diskusi, Hasbi Fuady selaku moderator dan anggota KKN RDR Ke-77 UIN Walisongo Semarang memberikan kesimpulan, salah satu ajaran yang disebarkan Walisongo sebagai bukti nyata melestarikan lingkungan adalah sedekah bumi dan upacara merawat alam. Ini menunjang gagasan bahwa Walisongo melibatkan dimensi lingkungan dalam proses syiar Islam, dan pemahaman pentingnya menjaga lingkungan.

“Walisongo dalam melakukan syiar islam, melibatkan dimensi lingkungan untuk mempersatukan umat dan pemahaman pentingnya menjaga lingkungan. Sebagaimana ranah ketuhanan, sosial, dan lingkungan menyatu dalam konsep keimanan yang tidak dapat ditinggalkan,” pungkas Hasbi.

(KKN RDR Ke-77 Kelompok 104)
Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *