Atap rumah Umuyati yang terlihat berlubang (foto : istimewa) |
KlikFakta.com, KUDUS – Satu keluarga yang tinggal di RT 04 RW II Desa Gondangmanis, Bae, Kudus, Jawa Tengah ternyata menempati rumah yang pintu dari kayu, lantai masih tanah, jendela yang mulai rapuh, hingga atap rumah mereka terbuka melompong nyaris tanpa penutup atap.
Rumah Kasmadi (52), itu kondisinya sudah tak layak huni. Tampak terlihat atap rumah rusak parah. Tak hanya itu, pintu dan jendela dari kayupun tampak mulai rapuh.
Nampak dibagian ruang tengah juga disangga menggunakan bambu dan kayu.
Hanya bagian ruang tamu yang kini dihuni pasangan Kasmadi dan Umiyati (38) masih beratap utuh, namun terlihat kerangka atapnya juga sudah rapuh.
Mereka berdua juga tinggal bersama kedua anaknya, yang pertama duduk di bangku SMP dan anak kedua duduk di bangku sekolah dasar.
Dari pengakuan Umiyati, sudah sejak awal mereka menikah, rumah yang ia tinggali saat ini memang sudah rusak. Namun tidak separah yang terlihat saat sekarang.
Dulu rumah itu, kata Umiyati dilengkapi dengan dua ruang tidur. Namun, karena kerangka bangunan dan salah satu atap kamar tidurnya tiba-tiba roboh. Membuat kamar rusak berat dan tidak dapat digunakan kembali.
“Sudah 10 tahun begini ini, sekarang tidurnya di ruang tamu. Kalau ada tamu ya duduk seadanya,” kata Umiyati saat ditemui di rumahnya, Kamis 15/04/2021.
Niat untuk merenovasi rumah sudah ada sejak lama. Namun, gaji suami yang bekerja sebagai kuli bangunan, tak sanggup untuk membiayai renovasi rumah mereka. Gaji sang suami hanya mampu digunakan Umiyati untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya dan makan sehari-hari.
“Kalau hujan air langsung masuk ke rumah. Cuma bisa ditampung pakai ember. Tapi biasanya langsung surut, nggak sampai masuk ke ruang tamu, ” ungkapnya.
Sekarang, Umiyati dan keluarga hanya mampu berharap kepada bantuan dari Pemerintah kabupaten Kudus.
Ia berharap pemerintah bisa membantunya merenovasi rumahnya, agar ia dan keluarganya bisa merasa tenang dan tidak ketakutan rumah runtuh.
Berkoordinasi dengan ketua RT maupun RW sudah pernah ia lakukan untuk merenovasi rumahnya. Bagitupun ke pihak desa setempat, namun, katanya, hanya sekali ia dan keluarganya mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah desa.
“Cuma sekali dapat bantuan beras dari pemerintah. Selain itu tidak pernah sama sekali. Pak RW dulu juga pernah foto rumah, katanya mau dimintakan bantuan, tapi ternyata tidak ada sampai sekarang,” cerita Umiyati.
Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Desa Gondangmanis Susanto pun angkat bicara. Pihaknya menyangkal jika pemerintah desa tak mempedulikan keadaan rumah keluarga Kasmadi.
Pihaknya mengklaim bahwa sudah ada gerakan dari pemdes meminta fotocopy Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari keluarga tersebut.
Namun, kata Susanto, keluarga Kasmadi tidak kooperatif dan enggan memberikan apa yang dibutuhkan oleh pemdes.
Dengan menyerahkan KK dan KTP, keluarga Kasmadi akan didaftarkan ke sistem DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) untuk bisa memperoleh bantuan dari pemerintah desa maupun pemerintah daerah.
“Bukannya kita diam, tapi keluarga Pak Kasmadi tidak masuk dalam sistem DTKS. Jadi kita terbentur peraturan,” kata Susanto di ruang kerjanya.
Alasan tidak bisa masuknya keluarga Kasmadi dalam sistem DTKS, kata Susanto, dikarenakan mereka tidak mau menyerahkan fotocopy KK maupun KTP nya.
“Jadi syarat untuk dapat bantuan PKH dan lainnya harus masuk DTKS dulu. Tapi keluarga pak Kasmadi belum msuk. Alasannya dulu dimintai KTP dan KK tidak memberikan, ” ungkapnya.
Akhirnya, demi menyelesaikan permasalahan ini, Pemdes Gondangmanis akan berupaya bersama Kepala Dusun dan teman-teman lainnya memberikan pendampingan kepada keluarga Kasmadi.
“Kami akan koordinasikan dengan Baznas dan verifikasi ke lapangan. Selain itu Kami juga akan mengkomunikasikan dengan lingkungan seperti RT, RW hingga BPD atau warga sekitar mungkin saja ada yang turut membantu, ” ungkapnya.