KlikFakta.com – Fenomena childfree atau pilihan untuk tidak memiliki anak kembali ramai diperbincangkan khalayak umum.
Sejak kemunculan istilah ini pada 2020, fenomen childfree terus menunjukkan eksistensi dan peningkatan.
Melansir dari Liputan 6, data dari Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan sebanyak 8 persen perempuan di Indonesia memilih untuk menjalani hidup tanpa anak.
Angka ini berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022 yang mengestimasi prevalensi perempuan berumur 15-49 tahun, yang sudah menikah tetapi belum memiliki anak hidup, serta tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Survei itu menemukan ada 71 ribu perempuan dalam kelompok ini tidak menginginkan anak.
Penyebab perempuan berusia subur untuk tidak memiliki anak pun beragam.
Seperti halnya yang dilansir oleh detikcom, Psikolog klinis Veronica Adesla menilai ada banyak faktor yang membuat perempuan memilih tak punya anak.
Termasuk di antaranya terkait rasa tidak aman baik secara mental ataupun finansial.
Menurutnya, memilih childfree juga bisa karena tidak ingin anaknya kelak mengalami hidup yang tidak baik di masa depan.
“Seseorang mungkin belum punya anak karena merasa belum siap untuk membesarkan anak. Mungkin secara mental ia belum siap untuk mendidik anak, secara finansial belum siap untuk membiayai kebutuhan sehari-hari ataupun sekolah anak, dan secara sosial belum siap untuk merawat anak,” kata Vero, Minggu (16/11/2024).
Ia menuturkan, pilihan childfree bukan hal yang egois. Terlebih jika mereka memilih childfree karena memikirkan kesehatan mental anak yang akan hadir.
Mereka mungkin memiliki kekhawatiran tidak sanggup mengasuh anak dengan kondisi mental yang dialaminya.
Pada dasarnya, memilih untuk memiliki atau tidak memiliki anak adalah pilihan masing-masing individu atau pasangan.
Sejumlah pasangan memilih childfree dengan alasan kondisi cengkarut ekonomi. Pasalnya menanggung anak bukan tanggung jawab finansial yang ringan.
Di samping itu, trauma akibat pengasuhan yang salah juga bisa melatarbelakangi seseorang memilih chikdfree. Terutama ada rasa ketakutan mengulang hal yang sama pada anaknya kelak.
Namun demikian Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyarankan keluarga untuk mempertimbangkan tanggung jawab sosial sebelum memilih untuk tidak memiliki anak atau childfree.
“Kalau pemahaman (yang memutuskan childfree) ya atau paham tertentu yang ingin memprioritaskan pada ‘aku’, kenapa? Karena ada paham individualistik aku-nya, nah ini yang kita harus bisa geser pemahaman ini, karena kita hidup itu tentu keluarga, punya namanya ekologi sistem, kita harus punya tanggung jawab sosial terhadap keberlanjutan pembangunan”.
Hal ini diungkapkan kata Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Irma Ardiana, dilansir dari ANTARA pada Rabu (20/11).
Ia menegaskan masyarakat harus paham jika memiliki tanggung jawab sosial dalam bernegara.
Irma mengungkapkan pihaknya selama ini mengenalkan delapan fungsi keluarga untuk mencegah fenomena childfree.
Yakni fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, serta pembinaan lingkungan.
“Sekarang coba kenalkan tentang delapan fungsi keluarga. Keluarga itu punya delapan fungsi keluarga, satu di antara delapan fungsi itu fungsi reproduksi, yang sudah menjadi tanggung jawab kita, sudah acknowledge (mengakui) bahwa keluarga itu harus punya fungsi untuk reproduksi karena pembangunan ini harus berkelanjutan,” tuturnya.
Good