Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Sejarah Masjid Al-Makmur Kriyan Jepara Peninggalan Ratu Kalinyamat

Masjid Al-Makmur Kriyan, Kalinyamatan, Jepara (KlikFakta/Nur Ithrotul Fadhilah)

KlikFakta.com, JEPARA – Keberadaan Masjid Al-Makmur di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamatan tak dapat dipisahkan dari sejarah Kerajaan Kalinyamat yang dipimpin oleh Retno Kencono atau Ratu Kalinyamat.

Tokoh agama Desa Kriyan Muhammad menerangkan, pembangunan masjid Al-Makmur digadang-gadang dilakukan pasca Keraton Kalinyamat hampir runtuh.

Masjid tersebut dibangun atas perintah dari Ratu Kalinyamat yang kemudian mengutus Raden Kusumo Abdul Jalil atau Mbah Shiddiq untuk membangun masjid di atas rawa embes Keraton Kalinyamat.

“Tidak mungkin ada masjid yang lokasinya sangat dekat dengan keraton,” kata Gus Mad, sapaan akrabnya saat diwawancarai di kediamannya belum lama ini.

Ia menerangkan jika Masjid Al-Makmur sudah ada sekitar 500 tahun lalu. Dirinya menambahkan jika tanah masjid tersebut tercatat sebagai tanah dari Ratu Kalinyamat.

Pengasuh Ponpes Nailun Najah Kriyan Jepara tersebut menuturkan Mbah Shidiq merupakan pendakwah utusan Sunan Gunung Jati yang membangunkan masjid yang mirip arsitektur dengan Masjid Agung Demak.

“Kemungkinan sekitar abad ke 15 atau 16 Masehi. Sebab, Ratu Kalinyamat itu memimpin Jepara hanya sekitar 20-30 tahun saja,” ujarnya.

Masjid tersebut mengalami beberapa kali renovasi. Awal renovasi terjadi pada tahun 1935 Masehi.

Gus Mad mengatakan dari bentuk masjid, tata ruang yang dekat pusat desa/kota, hingga arsitektur menyerupai masjid-masjid seperti Masjid Sendang Kalinyamatan, Masjid Bandungrejo Kauman dan Masjid Kadilangu Demak.

“Hampir mirip arsitekturnya, bagian belakang joglo, sementara depannya ada limasan. Hanya saja di Kriyan sudah ada penambahan menara dan lain-lain,” imbuh Gus Mad.

Masjid Al-Makmur tersebut menjadi saksi sejarah kepemimpinan Ratu Kalinyamat, tokoh pemimpin perempuan Kerajaan Kalinyamat yang masyhur di Jepara.

Beberapa artefak dan peninggalan Ratu Kalinyamat yang masih ada sampai sekarang di antaranya batu gilang, tanah wakaf yang kini dibangun masjid, dan puncak atau pustaka masjid bentuk limas paling atas.

“Sebenarnya, masih ada beberapa peninggalan Ratu Kalinyamat seperti kentongan, atau kubah masjid. Hanya saja sudah beralih tangan atau ke mana karena masjid sudah lima kali direnovasi,” terangnya.

Gus Mad berharap agar kedepannya masjid dan peninggalan Ratu Kalinyamat bisa menjadi perhatian pemerintah untuk melestarikan warisan leluhur Jepara.

“Harapan saya juga ada kegiatan dan kesadaran masyarakat untuk merawat sejarah, supaya cerita, nilai-nilai dan peninggalan penting ini tidak hilang,” harapnya.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *