Caption: Jumari tukang becak di Pasar Bitingan Kudus saat menunggu penumpang (15/02/2021). |
KlikFakta.com, Kebutuhan ekonomi yang terus menerus mendesak dan kewajiban membiayai keluarga membuat Jumari tak mengenal apa pekerjaan yang ia lakoni dan seberapa lelah yang dirasakannya. Baginya, yang terpenting keluarganya di rumah setiap hari bisa makan.
Jumari salah satu tukang becak di Pasar Bitingan Kudus yang berasal dari desa Dempet kabupaten Demak. Usianya yang sudah menginjak kepala enam tak menghalangi kegigihannya untuk mencari nafkah. Berangkat dari rumah sebelum matahari terbit kemudian pulang kembali kerumah menjelang Ashar.
Sejak tahun 2011, ia bekerja sebagai tukang becak. Mbecak adalah pekerjaan utamanya. Dari sanalah, ia mencukupi kebutuhan keluarga dan membiayai sekolah anak-anaknya. Meskipun hanya seorang tukang becak, dia begitu mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya.
Pandemi Covid-19 tentu memberikan dampak yang luar biasa, termasuk Jumari. Pemasukan dari mbecak menurun, bahkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari kurang. Belum lagi ditambah jatah membayar sekolah anaknya.
Baginya, tak gampang menjadi pengayuh becak. Jika tukang becak yang lain sudah memiliki becak sendiri dan hasil diterima mereka sendiri, lain dengan jumari yang setiap harinya harus membayar uang sewa sewa becak yang dipinjamkan kepadanya.
“untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ya saya sisihkan hasil hari ini untuk besok tidak langsung dihabiskan hari ini saja. Dapatnya kan ngga tentu juga. Nah kalau hari ini habis, besok nggak dapat sama sekali terus keluarga makan apa dirumah? kan repot,” ujarnya dengan sedikit tertawa.
Perbedaan yang dirasakan oleh bapak tiga anak ini antara sebelum dan sesudah pandemi jelaslah berbeda. Dulu masih banyak orang pergi ke pasar. walaupun tidak banyak yang didapat, setidaknya setiap hari ketika pulang kerumah tidak hanya membawa tangan kosong. Berbeda dengan di masa pandemi sekarang ini, pengeluaran harus seminim mungkin. Takut jika hari esok tidak bisa makan.
Meskipun pandemi menyulitkan hidupnya, jumari tidak pernah patah semangat untuk mengayuhkan becaknya. Tidak pernah ada hari libur baginya, setiap hari adalah bekerja. Ini semua dilakukannya lantaran memang sudah kewajibannya sebagai kepala keluarga harus bertanggung jawab atas kehidupan istri dan anak-anaknya.
“Bahkan sebagian tukang becak yang lain pesimis terlebih dahulu bahwa mencari nafkah di masa pandemi merupahan hal yang percuma, tidak ada salahnya untuk ikhtiar dan berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh hasil yang terbaik,” ujar jumari.
Nurhydayatun NL.