Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Apatisme Pemilih Muda Jepara di Pilkada 2024

KlikFakta.com – Partisipasi politik pemilih muda dapat diartikan sebagai upaya individu sebagai warga Jepara untuk ikut serta dalam mempengaruhi bentuk kebijakan publik dalam sebuah pemerintah daerah dan sebagai bentuk rasa tanggung jawabnya dalam kehidupan berpolitik.

Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan pemerintah daerah yang demokrasi. Secara umum partisipasi politik sendiri dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk, yaitu, electoral activity yaitu segala bentuk kegiatan baik secara langsung maupun tidak berkaitan dengan pemberian suara dalam pemilihan, kedua, organizational activity yaitu keterlibatan seseorang dalam organisasi politik, dan melakukan diskusi politik atau demonstrasi.

Dalam beberapa riset dikatakan partisipasi politik sangat dipengaruhi oleh kepercayaan dan ketertarikan seseorang atas politik. Dengan kata lain, rendahnya kepercayaan dan ketertarikan pemilih muda terhadap politik akan berimbas sebaliknya, yaitu apatisme politik. Gejala dari apatisme politik ini dapat dilihat dari kurangnya ketertarikan terhadap politik, ketidak percayaan terhadap institusi politik, dan keengganan pemilih muda untuk berpartisipasi dalam hal-hal yang berbau politik. Dan gejala ini terlihat jelas khususnya pada individu Jepara yang berumur 17 hingga 22 tahun. Padahal menurut beberapa ahli politik dan pemerintahan mereka diindentifikasikan sebagai tokoh utama dalam kinerja sistem demokrasi dan sebagai pemimpin nanti di era Indonesia emas 2045.

Sebagai salah satu dari beberapa agen sosialisasi, media sosial memberikan banyak bahan baku preferensi dan agregasi yang kemudian dapat membentuk kepercayaan dan sikap politik pada pemilih muda Jepara. Pemilih muda yang belum terjun secara aktif ke dunia politik mengikuti perkembangan politik melalui media sosial. Paparan media sosial yang mereka konsumsi semakin hari semakin membentuk pengetahuan politik mengenai pemimpin, institusi politik, partisipasi politik, serta keyakinan politik mereka.

Dalam sebuah studi disebutkan bahwa, anak muda atau dalam penelitian ini disebut dengan pemilih muda, bersentuhan dengan media sosial dalam frekuensi yang cukup sering dengan intensitas 4 hingga 6 jam setiap harinya, atau dapat dikatakan mereka tumbuh bersama media sosial. Sehingga jelas apabila sejak usia dini para pemilih muda sudah mendapatkan informasi mengenai kasus-kasus para elit politik, seperti, korupsi, perilaku negatif para elit politik.

Maka hal ini tentu berimbas pada hancurnya kepercayaan dan ketertarikan para pemilih muda pada dunia politik. Semakin sering mereka melihat pemaparan media sosial mengenai kasus-kasus para elit politik, korupsi, maka mereka akan berpikir bahwa para elit politik tidak ada yang benar-benar memperjuangkan nasib rakyat, namun justru memperkaya diri sendiri dengan menggunakaan kekuasaannya dan menghalalkan segala cara.

Harapannya calon pemimpin Jepara nanti berani berkata tidak pada kasus -kasus yang sering menjerat para elit, seperti Korupsi. Katakan tidak pada korupsi.

Partai Prima Jepara mengajak pemilih muda untuk berpartisipasi dalam PILKADA JEPARA 2024 27 November nanti dengan memilih figur yang berani berkomitmen pada pemberantasan korupsi, sekali lagi KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI.

 

Muhammad Mustavit

Ketua Dewan Pimpinan Kabupaten Partai Rakyat Adil Makmur ( PRIMA ) Jepara.

 

 

 

 

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *