Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Omah Petrok Hasilkan Tenun Troso Ramah Lingkungan

Tenun troso hasil Omah Petrok yang menggunakan pewarna alami (Source: Omah Petrok)

KlikFakta.com, JEPARA – Omah Petrok yang berada di Desa Troso, Kecamatan Pecanggan, Kabupaten Jepara menjadi satu-satunya industri kain tenun troso yang menggunakan pewarna alami.

Memanfaatkan kulit kayu mahoni sisa limbah pabrik yang tidak digunakan, di tangan Ahmad Karomi (34) bisa menjadi pewarna alami di kain tenun cakro manggilingan.

Selain limbah kulit mahoni, Romi, sapaan akrabnya menggunakan berbagai pewarna alam dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar.

Ia membuat salah satu motif dari pewarna alam seperti motif cakra manggilingan yang berawal dari kegelisahan melihat sungai di belakang rumah berwarna hitam pekat karena pencemaran limbah warna tekstil.

Untuk itu, Romi bertekad agar tak ikut mencemari lingkungan. Ia pun belajar kepada sekelompok pembatik di Kendal dan melakukan pewarnaan batik dengan cara yang alami.

“Sudah hampir 4 tahun ini saya menekuni ini. Kira – kira sejak 2017,” kata Romi, Rabu (5/6/2024).

Dia menjelaskan penjualan kain tenun Wastra Cakra Manggilingan dengan pewarna alami memang susah.

Menurutnya memang untuk segmen peminatnya memang kecil dan memiliki pasar menengah ke atas.

Tapi, kata dia, di samping itu nilai jualnya tetap memberikan keuntungan yang lumayan. Para pembelinya pun datang dari berbagai daerah seperti dari Bali dan Jakarta.

“Yang kecil Rp 100 ribu. Yang ukuran 60 cm Rp 350 ribu. Kalau yang lebar 1 meter panjang 225 cm harganya Rp 850ribu,” ucapnya.

Untuk pendapatan, kata dia, tidak bisa memastikan jumlah pastinya. Pasalnya, penjualan produknya juga harus bersaing dengan kain tenun dengan pewarna sintetis.

Tidak dipungkiri, banyak orang lebih memilih kain dengan pewarna sintetis karena dari segi kecerahan warna, pewarna sintetis lebih unggul dibandingan pewarna alami yang sedikit redup.

Dia mengakui banyak tantangan menggunakan bahan pewarna alami. Selain persaingan jual, juga pada prosesnya. Satu lembar kain bisa menghabiskan waktu kurang lebih 1 bulan.

Tidak seperti menggunakan pewarna sintesis yang tinggal campur, menggunakan pewarna alami harus mengumpulkan bahan-bahan warnanya, kemudian baru diolah.

Dari kenekatannya memasarkan kain tenun troso dengan pewarna alami tak hanya mengundang pelanggan.

Sejumlah mahasiswa dari kampus kesenian juga datang ke rumahnya untuk mengetahui proses pewarnaan kain tenun troso dengan bahan alami.

“Ada yang dijadikan penelitian skiripsi dan tugas akhir kuliah,” ujarnya.

Ha-hal yang membuat orang luar kota datang ke tempatnya untuk mengorek lebih dalam soal pewarna alami kain tenun membuatnya bangga dan puas.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *