Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Brand Rabbani Kena Semprot Netizen Karena Dianggap Salahkan Korban Pelecehan seksual

KlikFakta.com – Brand pakaian muslim Rabbani dapat teguran dari netizen karena iklannya yang bernada menyalahkan korban kekerasan seksual alias victim blaming.

Dalam postingan di akun resmi Instagramnya, Rabbani mengomentari fenomena pelecehan seksual yang sering terjadi.

Klik DI SINI untuk lihat postingan lengkap Rabbani tentang hubungan pakaian dan pelecehan seksual.

Ketika Perempuan berpakaian serba minim jika terjadi pelecehan siapakah yang salah? Apakah wanita yang salah karena berpakian terbuka dan mengundang seorang pria punya niat dan berpikiran jorok, Atau pria nya saja yang punya pikiran jorok jika melihat wanita berpakian terbuka?

Jadi menurut rabbaners, apakah pria yang salah atau wanitanya yang bodoh?

Begitulah caption dalam postingan itu.

Postingan itu sontak membuat geger para netizen. Mereka menyayangkan strategi pemasaran Rabbani yang terkesan menyalahkan korban kekerasan seksual.

Dear tim kreatif dan segenap manejemen Rabbani yth. Kalau kalian mendirikan sebuah bisnis dengan dasar agama, baiknya dalam membuat iklan juga mengaculah ke sana saja. Daripada bawa2 isu pelecehan yang jelas bukan field of expertise mu. Hasilnya beginilah. Ngawur, tidak tepat guna. Tidak bermoral, zero emphaty. You should be ashamed pf yourselves,” begitu tulis akun @niluhpinkan.

“Terus kalo dilecehin pas pake outfit rabbani berarti salah siapa?” tulis akun @trashbexx.

Sayangnya komentar itu dibalas pertanyaan oleh akun Rabbani. “Menurut kaka bagaimana?”

Seorang profesional di bidang iklan juga menyoroti postingan Rabbani.

“Kalau dari sudut pandang saya yang orang komunikasi dan advertising, yang bikin konten ini BODOH. Karena alih-alih memberikan informasi seputar pelecehan seksual yang faktual (data banyak kok yang bisa kalian akses. Jangan malas), malah ngalor ngidul bahas siapa yang salah. Kalau anak bayi umur 7 minggu diperkosa sampai meninggal, yang salah siapa? Anak bayi yang pake diapers jadi paha kemana2? Nggak paham lagi sama konten2 kaya gini. Pembodohan publik,” tulis Poppy R. Dihardjo.

Poppy adalah pegiat isu perempuan, advokat kekerasan berbasis gender dan founder komunitas Perempuan Tanpa Stigma (PenTas).

Saat ditanyai oleh Wolipop Detik pada Rabu (27/12), Poppy mengatakan dirinya kecewa pada iklan Rabbani. Bukan hanya kali ini, tapi sudah beberapa iklan Rabbani dianggapnya kontroversial.

Ada empat kunci membuat konten di media sosial. Poppy menjabarkan itu adalah narasi, diksi, antisipasi dan navigasi.

Rabbani sudah membuat diksi yang merendahkan wanita termasuk agama Islam, ungkapnya.

“Objektinya apa, narasi apa yang mau dibangun? Buat diksi pemilihan kata-katanya. Apa kata-kata yang dipostingannya (Rabbani) kan ngomong ini pria yang salah atau perempuan yang bodoh? Itukan pemilihan diksi yang sebenarnya pemilihan diksi yang sebenarnya merendahkan perempuan dan kedua merendahkan agama Islam,” kata Poppy, dilansir Wolipop Detik.

“Selanjutnya antisipasi, kalau sudah tahu objektifnya apa, narasinya mau dibangun apa dan diksi yang mau dipakai apa? Kan bisa mengantisipasi, oh kira-kira orang-orang akan protes gak ya? Orang-orang akan berkomentar apa ya? Sehingga pada saat orang berkomentar miring, bisa navigasi dengan lebih baik untuk mengembalikan ke konteksnya. Konteksnya saja sudah tidak jelas. Narasinya yang mau dibangun juga gak jelas,” jelas Poppy.

Sumber: Instagram, Wolipop Detik

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *