Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Pedagang Pasar Jepang Sukarela Direlokasi saat Pasar Dibangun Ulang

20210707 135227
Pasar Jepang sedang ada pembangunan (foto : ra)

KlikFakta.com, KUDUS – Pemerintah Desa (Pemdes) Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus melakukan pembangun ulang pada pasar Jepang. Dalam pembangunan tersebut ditaksir mengahabiskan dana senilai Rp 3,2 Miliar.

Pembangunan tersebut diketahui, menggunakan dana desa, serta pembangunan pasar tersebut dilakukan dengan sistem swakelola secara sukarela oleh tim Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). 

Kepala Desa Jepang, Indarto mengatakan, untuk mengehemat pembangunan pasar, pihaknya menggunakan sistem swakelola. Lantaran, dirasa lebih menghemat biaya. Ini merupakan usulan dari pihak konsultan. Sebab anggaran yang disampaikan konsultan perencana, mencapai Rp 6 Miliar, dua kali lipat dari rancangan sebelumnya.

“Iya kita pakai anggaran desa, totalnya sebesar Rp 3,2 Miliar. Kita lakukan pembangunan dengan sistem swakelo sukarela. Kalau hitungan konsultan malah dua kalinya, “ kata Indarto selepas lakukan pengecekan vaksinasi di Balai Desa Jepang beberapa waktu lalu.

Perkembangan pembangunan pasar, lanjut Indarto sudah berjalan sekitar 30 persen. Pasar yang mulai dibangun sejak awal Bulan Juni 2021 lalu ini, diharapkan dalam waktu empat bulan ke depan, bisa selesai. Agar semua pedagang bisa lebih nyaman saat berjualan dan lebih tertata rapi.

Selama proses pembangunan, para pedagang dengan sukarela direlokasi ke tempat jualan sementara yang telah disiapkan Pemdes setempat. Tidak ada yang menolak, sebab semuanya telah dimusyawarahkan terlebih dahulu, antara Pemdes dengan para pedagang.

“Kita sudah mulai sosialisasi dari tahun 2020 lalu. Jadi di tahun 2021 ini tinggal melaksanakan hasil musyawarah antar desa dnegan pedagang. Baik persiapan maupun kegiatan pembangunan lainnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, untuk kebutuhan lainnya ditanggung oleh para pedagang sendiri. Saat lakukan pendataan, sebelumnya ada 31 kios pedagang. Lalu ada 115 los, dan 150 pedagang lesehan yang tidak memiliki tempat berjualan di dalam pasar.

“Jadi kalau kita hitung ada 296 pedagang, baik yang menempati kios, los, maupun yang lesehan. Insyaallah dari tempat yang ada nanti akan kita lakukan penataan. Semoga cukup untuk menampung semua pedagang,” jelasnya.

Nantinya, saat pasar baru sudah jadi, lanjut Indarto, para pedagang yang akan menempati akan dikenakan sistem sewa atau kontrak. Baik bagi kios, los, retribusi, parkir, maupun pemanfaatan fasilitas lainnya akan dikontrakkan. Di mana biaya sewanya sesuai dengan peraturan desa. 

Indarto berharap, dengan adanya pasar ini, bisa mendongkrak pendapatan desa. Senilai Rp 700 hingga Rp 800 Juta setiap tahunnya.

“Semuanya sudah kita lalui dengan musyawarah bersama. Harga sewa per petak sudah kita lewati semua. Jadi nanti kalau sudah selesai (pembangunan pasar), langsung bergeser ke tempat yang lama,” tandasnya.

Ra

Share: