Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Jelang Lebaran Ketupat Harga Janur Murah, Pedagang Pusing Modal Tak Balik


KlikFakta.com, KUDUS
– Menjamurnya penjual janur untuk tradisi kupatan (lebaran ketupat) membuat beberapa penjual di Pasar Brayung, mengeluh. Hal ini lantaran harga janur hingga sehari sebelum lebaran ketupat hancur. 

Ditemui KlikFakta.com di Pasar Brayung, Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kudus, Jawa Tengah, Rukati 53 tahun mejelaskan soal dagangan janurnya yang sepi pembeli. Rukati juga mengeluhkan, akan jatuhnya harga jual janur.

“Gak koyok biasane janur regane bobor. (Tidak seperti biasanya harga janur jatoh),” jelas Rukati saat ditemui di Pasar Brayung, Rabu (19/5/2021) pagi.

Menurutnya, turunnya harga janur lantaran pedagang yang dari luar kota banyak. Untuk tahun kemarin penjualan janur lebih ramai dan harga tidak jatuh seperti sekarang.

“Winginane ono sing ngedunke janur sak truk, terus sesoke sak col brondol. (Kemarin ada yang membawa janur satu truk, dan besoknya satu colt brondol),” bebernya.

Rukati sudah berjulan janur sejak Minggu (16/5) lalu. Dia berjualan sejak pukul 06.00 WIB sampai 12.00 WIB dan juga di lanjut lagi sejak pukul 16.00 WIB hingga 21.00 WIB. Ia bercerita, pada Minggu (16/5) kemarin kulak 2.000 lembar janur. Tetapi hingga hari ini janur yang terjual baru setengahnya saja.

“Minggu aku wes dodolan tekan dino Rebo, tapi dino rebo iki wes gak iso tekan wengi, soale sesok wes bodo kupat. (Minggu saya sudah mulai berjualan hingga hari Rabu, tetapi pas hari Rabu ini sudah tidak bisa berjualan hingga malam, sebab besok sudah lebaran ketupat), ” keluhnya.

Satu ikat janur yang dijualnya itu sebanyak sepuluh lembar. Dia menjual dengan kisaran harga Rp 5-4 ribu. Nenek tiga anak itu hanya mengambil keuntungan seribu rupiah saja. Sebab, harga sepuluh lembar janur saat kulak itu Rp 4 ribu.

“Janur sa’iket Rp 5-4 ribu, nak lakaran kupat Rp 5 ribu, iku ae ijeh di enyang sing tuku Rp 2 janur, Rp 3 kupat. (Janur satu iket Rp 5-4 ribu, kalau lakaran ketupat Rp 5 ribu, itu saja masih ditawar sama pembeli Rp 2 ribu, Rp 3 kupat),” ucapnya.

Ibu tiga orang anak berencana membuang janur yang tidak habis. Sebab, menurutnya janur tersebut sudah tidak bisa dijual lagi seiring berakhirnya momen kupatan.

“Nek mboten patu ya dibucal. Lha meh di nggo nopo nek mboten dibuak. Rugi nggih rugi. Nanging nggih pripun. (Kalau tidak laku ya dibuang. Lha mau dibuat apa kalau tidak dibuang. Rugi ya rugi),” imbuhnya.

RA

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *