Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Peringati Hari Guru, Gus Wabup Jepara Ajak Tenaga Pendidik Optimalkan Teknologi dalam Pembelajaran

klikFakta.com, JEPARA – Setiap 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional (HGN) sekaligus Hari Ulang Tahun ke-80 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Momentum ini menjadi pengingat penting atas dedikasi para guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus kesempatan untuk meninjau kembali peran strategis guru di tengah perkembangan era digital.

Peringatan HGN tahun ini dipusatkan di Lapangan Desa Gelang, Kecamatan Keling, Selasa (25/11/2025). Bupati Jepara H. Witiarso Utomo (Mas Wiwit) yang diwakili Wakil Bupati Muhammad Ibnu Hajar (Gus Hajar) bertindak sebagai pembina upacara.

Dalam sambutannya, Gus Hajar menyoroti capaian literasi nasional yang masih memerlukan perhatian serius. Berdasarkan Asesmen Nasional 2024, lebih dari separuh siswa sekolah dasar belum mencapai kompetensi minimum literasi. Sementara penerapan model pembelajaran mendalam (deep learning) sesuai kebijakan Kemendikdasmen baru berjalan optimal di sebagian kecil sekolah. Mayoritas lembaga pendidikan masih mengandalkan metode konvensional, yang menandai masih besarnya kebutuhan peningkatan kompetensi guru.

“Guru memiliki pekerjaan rumah untuk terus meningkatkan kapasitasnya secara berkelanjutan,” ujarnya.

Ia juga mengutip laporan Kemendikdasmen dan lembaga riset pendidikan mengenai meningkatnya kasus kekerasan dan perundungan di sekolah. Dalam kurun 2023–2024, jumlah kasus yang tercatat naik dua kali lipat, dari 285 menjadi 573 laporan. Dari angka tersebut, 31 persen merupakan perundungan langsung—baik fisik, verbal, maupun sosial. Studi lain menunjukkan 36 persen siswa Indonesia berada dalam kelompok berisiko menjadi korban bullying.

“Saya berharap Bapak/Ibu Guru bersama-sama menjaga agar Jepara tidak terlibat dalam tren ini. Guru adalah figur yang paling dekat dengan anak didik, yang mampu mendeteksi perubahan perilaku serta memberi perlindungan pertama sebelum masalah berkembang,” tegasnya.

Gus Hajar juga menyampaikan kekhawatiran lain berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Ia menyebut adanya pola rekrutmen baru kelompok ekstremisme yang menyasar anak dan remaja melalui gim online, ruang percakapan tertutup, hingga media sosial.

“Anak-anak yang aktif di ruang digital tanpa pendampingan adalah kelompok paling rentan. Guru harus memahami fakta ini dan meningkatkan kewaspadaan,” katanya.

Meski demikian, perkembangan teknologi juga menghadirkan peluang besar. Laporan kemajuan teknologi menunjukkan bahwa 65 persen pekerjaan masa depan menuntut kemampuan komputasi, termasuk pemrograman dasar. Penggunaan pembelajaran berbasis kecerdasan buatan (AI) di sekolah-sekolah Indonesia bahkan meningkat lebih dari 200 persen dalam dua tahun terakhir.

“Silakan mulai mempersiapkan diri. Kuasai teknologi digital dan AI untuk menunjang pembelajaran. Kita tidak boleh tertinggal. Coding maupun kecerdasan buatan bukan untuk menggantikan guru, tetapi memperkuat efektivitas kerja kita,” jelasnya.

Ia menegaskan kembali bahwa guru tetap menjadi tokoh kunci dalam dunia pendidikan—pengarah masa depan sekaligus penjaga lingkungan belajar yang aman dan bebas perundungan.

“Saya mengajak seluruh guru untuk meningkatkan literasi digital dan kewaspadaan terhadap radikalisme yang menyasar peserta didik. Manfaatkan teknologi, coding, dan AI sebagai sarana untuk memajukan proses belajar,” pungkasnya.

Reporter: Aris S

Share: