KlikFakta.com – Pekan Olahraga Nasional (PON) Bela Diri 2025 di Kabupaten Kudus menyentuh hari-hari terakhir.
Sabtu, 25 Oktober 2025, sejumlah provinsi kuat saling tarik menarik posisi teratas perolehan medali dalam ajang multi-event nasional yang didukung penuh oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation itu.
Perburuan medali tinggal menyisakan tiga cabang olahraga yaitu karate, ju-jitsu, dan wushu. Masing-masing provinsi bertekad menunjukkan performa terbaiknya.
Diakui Ketua Panitia PON Bela Diri Kudus 2025, Ryan Gozali, persaingan sengit meraih gelar juara umum sangat terasa di tiga cabang olahraga tersebut.
“Kalau melihat tabel klasemen perebutan medali, memang menarik sekali, jarak beberapa kontingen sangat rapat sehingga juara umum masih terbuka lebar. Ini membuat peta persaingan semakin ketat, khususnya di cabang olahraga wushu yang masih akan mempertandingkan beberapa nomor di hari terakhir,” ujar Ryan saat sesi jumpa pers pada Sabtu (25/10).
Jatim Monopoli Emas Cabor Wushu
Tensi panas terasa dari cabor wushu yang masih akan melangsungkan laga di hari terakhir PON, 26 Oktober.
Kontingen Jawa Timur (Jatim) tampil sakti di cabor wushu dengan memonopoli perolehan medali emas sementara sejak Jumat (24/10).
Dari delapan medali emas yang diperebutkan pada nomor taolu – kung fu, Jatim berhasil memborong setengah lusin keping emas sekaligus.
Sehari kemudian, Sabtu (25/10), Jatim kembali menambah dua medali emas melalui Muhammad Daffa “Golden Boy” Hidayatullah di nomor jian shu putra dan Jennifer Tjahyadi di nomor gun shu putri.
Jatim kini memimpin klasemen sementara perolehan medali wushu dengan 12 medali yang terdiri atas delapan medali emas, tiga medali perak, serta satu perunggu.
Daffa dan Jennifer di hari sebelumnya sudah berhasil merebut medali emas di nomor chang quan putra dan putri.
Namun Jennifer masih menjaga kobaran semangatnya untuk bertanding di hari terakhir. Ia bertekad merebut satu kepingan emas lagi untuk Jatim.
“Saya bangga bisa menyumbangkan dua medali emas untuk Jawa Timur, tetapi perjuangan belum selesai karena masih ada satu pertandingan lagi besok. Semoga saya bisa tetap tampil maksimal dan memberikan hasil terbaik bagi Jawa Timur,” katanya.
Nyaris sama, Daffa ‘Golden Child’ juga berniat menambah pundi-pundi medali emas ketiganya.
Ditanya soal kunci keberhasilannya menyabet dua emas sebelumnya, ia mengaku semuanya tidak semata berasal dari kemampuan pribadi, melainkan juga dari kekompakan tim yang solid. Dukungan pelatih, rekan-rekan atlet, serta para pengurus yang terus memberikan semangat.
“Tim yang tidak terlihat di lapangan itu, bagi saya, juga menjadi hal penting dari kemenangan seorang atlet,” ujar sang “Golden Boy”.
Sementara Ketua Pengurus Provinsi Wushu Jatim HM Ali Affandi La Nyalla Mahmud Mattalitti menyatakan pihaknya awalnya mematok target 8 medali emas yang sekarang telah dicapai.
Meski begitu, ia tetap meminta para atlet tetap rendah hati. Pasalnya masih ada lima nomor pertandingan yang berpeluang menambah koleksi medali.
“Jadi saya sampaikan ke rekan-rekan atlet dan ofisial, jangan jadikan target ini menjadi beban, tapi justru menjadi inspirasi. Bermain lepas, jangan terlalu tertekan,” ujar pria berkacamata yang karib disapa Andi ini.
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI), Ngatino, menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas terselenggaranya PON Bela Diri Kudus 2025.
Menurutnya, ajang ini menjadi momentum penting yang mampu membangkitkan kembali semangat para atlet yang telah lama berlatih dan menantikan kesempatan untuk unjuk kemampuan di level nasional.
“PON Bela Diri Kudus 2025 menjadi bagian pengamatan kami dalam menilai dan mengambil atlet berdasarkan record pertandingannya,” jelasnya.
Ini menjadi kesempatan penting untuk menjaring dan menggali potensi atlet-atlet berbakat. Data dan rekam jejak para atlet pada ajang multi-event ini juga menjadi bahan pertimbangan utama dalam proses pemanggilan ke pelatnas.
Karate: Perunggu Atlet Kudus dan Peluang Membangun Ekosistem Baru
Karateka asal Kabupaten Kudus, Muhammad Dzaka Hibatullah bertekuk lutut di hadapan atlet pelatnas asal Jatim, Ignatius Joshua Kandou dalam laga semifinal nomor kumite -75 kg putra.
Meski gagal menembus partai final, pencapaian Dzaka tetap menjadi sumber kebanggaan bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat Kudus.
“Walaupun cuma perunggu, tapi ini sudah hasil terbaik,” Dzaka, sumringah.
Sementara, Umar Syarief, legenda karate Indonesia yang hadir di Djarum Arena menyebut PON Bela Diri Kudus 2025 sebagai gebrakan luar biasa dalam upaya membangun ekosistem kompetisi cabang olahraga bela diri di Tanah Air.
Ia berharap kegiatan yang digagas KONI Pusat bersama Djarum Foundation itu terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.
“Semua prestasi itu datang dari bawah. Kalau mau membangun, ya harus ada kompetisi seperti ini. Kita berikanlah ruang bertanding, karena dari situ atlet naik ke nasional, lalu ke multi-event seperti SEA Games dan Asian Games,” ujarnya.
Pada daftar akhir perolehan medali cabang olahraga karate, DKI Jakarta menempati posisi teratas dengan total 6 medali yang terdiri atas tiga medali emas, satu perak, dan dua perunggu).
Jawa Barat (Jabar) menyusul di peringkat kedua dengan 7 medali (2 emas, 2 perak, dan 3 perunggu), sementara Sulawesi Selatan melengkapi tiga besar lewat raihan enam medali (2 emas, 1 perak, dan 3 perunggu).
Jawa Timur Kuasai Ju-jitsu
Adapun pada daftar terakhir perolehan medali cabang olahraga ju-jitsu, kontingen Jawa Timur menempati posisi teratas dengan raihan delapan medali (5 emas, 2 perak, dan 1 perunggu).
Di posisi kedua terdapat Jawa Barat dengan 11 medali (4 emas, 3 perak, dan 4 perunggu), disusul DKI Jakarta di peringkat ketiga dengan enam medali (4 emas dan 2 perunggu).
Sementara itu, Jawa Tengah menempati posisi keempat dalam klasemen akhir dengan 1 emas, 7 perak, dan 6 perunggu.







