Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Tak Terbawa Euforia Dubes, Ganjar Kunjungi Nenek Miskin di Jepara ini

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengunjungi mbah Kusnari, warga Jepara. (KF-089)

klikFakta.com, JEPARA – Disaat sejumlah petinggi dan pejabat Kabupaten Jepara disibukkan dengan euforia kedatangan duta besar (Dubes) Negara-negara lain. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mendatangi Kabupaten Jepara justru untuk melihat kondisi seorang nenek ini.

Baca juga : Miris, Nenek di Jepara ini Tinggal di Lorong antara 2 Rumah Warga

Salah satu cerita ini bermula ketika Ganjar dimention di akun twitternya @ganjarpranowo mengenai Kusnari (83), perempuan yang hidup seorang diri di rumah berukuran kecil.

Dan pada Kamis (20/9/2018) siang, Ganjar menyambangi Kusnari, warga Kendengsidialit Ketileng  Singolelo  RT 2 RW 3 Welahan Jepara. Kusnari yang ditemui Ganjar terlihat tersenyum, kemudian dia menangis.

Mengutip dari siaran pers Tim Humas Ganjar Pranowo, Ganjar kemudian masuk ke dalam rumah Kusnari.

Tapi awalnya, setelah turun dari mobil, Ganjar sempat kebingungan di mana Kusnari tinggal. Ganjar kemudian ditunjukkan oleh warga sekitar bahwa tempat tinggal Kusnari diapit dua rumah. Setelah salaman, Ganjar langsung masuk dan berbincang dengan Kusnari.

Sebenarnya yang ditinggali Kusnari hanya layak disebut sebagai kamar. Selain berukuran kecil, tempat tersebut hanya memanfaatkan tembok dua rumah sebagai pembatas, ditambah triplek sebagai tutup bagian depan. Di bagian dalam hanya terdapat kasur dan almari kecil berbahan plastik.

“Pindah mawon ten panti nggih mbah, ten mriki kan peteng, mboten wonten lampune, nak udan yo bocor (pindah ke panti saja ya Mbah, di sini kan gelap, tidak ada lampunya, kalau hujan juga bocor),” kata Ganjar pada Kusnari.

Namun yang ditawari hanya diam sambil menggelengkan kepala. Penolakan tersebut disambut sorak dan tawa dari warga, saat mendengar jawaban Kusnari.

Tidak mau putus asa, Ganjar terus mendesak agar Kusnari bermukim dengan layak. “Misalnya tak damelke kamar Ten ngajeng pripun?”

Lagi, tawaran Ganjar ditolak Kusnari. Dia tetap bersikukuh tidak mau meninggalkan ruang 1,5 x 4 meter tersebut. “Lha niki (sambil menunjuk dua rumah yang mengapit) omahe sinten? (rumahnya siapa?),” tanya Ganjar.

“Omahe keponakan, sedulur Kabeh,” jawab Kusnari.

Kusnari memang sudah merasa nyaman dengan tempat tinggalnya tersebut. Sebelum tinggal di situ, Kusnari tinggal di Desa Paren, Welahan Jepara. Murdiyanto (30) salah satu keponakan Kusnari mengatakan telah 20 tahun bibinya tinggal di situ dan enggan dipindah.

“Karena beliau tinggal di situ sendiri. Suami sudah meninggal, anak juga tidak ada,” katanya.

Setelah mendengar beberapa celotehan warga, kepada Kusnari Ganjar menawarkan perbaikan agar yang ditinggali Kusnari lebih layak.

“Nak misale niki tak dandani angsal mboten? Atap, lantai lan tak tumbaske kasur, rak, terus diparingi jendela,” kata Ganjar yang dibalas dengan senyum oleh Kusnari.

Tidak berhenti di situ, Ganjar juga menambahkan beberapa perabot untuk melengkapi.

“Kasur purun? Kasure seng koyok opo? Seng mentul-mentul? Oalah seng kapuk?,” kali ini Ganjar merasa lega dan bisa menghela napas dan menambahkan akan memberikan ranjang, rak dan almari.
Namun ada syarat yang diajukan Ganjar untuk pembangunan tempat tinggal Kusnari. Kepada warga Ganjar meminta supaya pembangunan dilakukan gotong royong.

“Direwangi nggih. Disengkuyung bareng (dibantu ya, diatasi bersama),” kata Ganjar.

Ganjar mengaku salut pada Kusnari karena kepribadiannya mempertahankan prinsip tidak mau merepotkan orang lain, meskipun itu saudaranya sendiri. Dia pun berjanji akan merenovasi kediaman Kusnari.

“Besok tim turun ke sini, insyaallah Minggu depan selesai,” katanya.

klikFakta.com/089-WKZ
Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *