KlikFakta.com – Kementerian Perhutanan menggelar rapat kerja dengan Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (16/09/2025). Agenda dari rapat tersebut adalah membahas program kerja tahun 2025 dan rencana kerja Kementan 2026.
Anggota DPD RI, Alfiansyah Komeng menyoroti kasus banjir di Jakarta akibat penggundulan lahan, namun yang disalahkan Jawa Barat (Jabar).
Pada awalnya, Komeng berkelakar tentang Kementerian Perhutanan yang selalu ulang tahun karena disebut Kemenhut.
“Alhamdulillah dan terima kasih, saya bisa bertemu dengan Kementerian yang selalu ulang tahun Kemenhut,” kelakar Komeng disambut tawa peserta rapat yang hadir, dikutip dari kanal YouTube DPD RI (16/09).
“Sebuah Kementerian yang tugasnya tidak ada urusan dengan kesehatan, tapi menjaga paru-paru, dan paru-paru ini bukan manusia, paru-paru dunia”, sambungnya di sambut tepuk tangan peserta rapat.
Komeng memohon perlindungan mengenai masalah deforestasi di Jabar. Ia mencontohkan di Ciamis, di mana hutan adat sudah hampir hilang. Namun menurutnya permasalahan yang terjadi di Jakarta justru yang disalahkan Jabar.
“Ya dari Jabar sendiri sebenarnya cuma mohon perlindungan masalah deforestasi. Makin hilangnya lahan hutan seperti di Ciamis, hutan adat sudah hampir hilang. Dan permasalahannya memang kadang-kadang di Jakarta, tapi kita selalu disalahkan, seperti banjir katanya datangnya dari Jabar”, ujar Komeng.
Komeng kembali berkelakar ketika menyebut hutan kayu dan hutan panjang di Jakarta sudah tidak ada, meskipun menurutnya hewan sudah masuk ke tol seperti kijang, namun kijang Innova.
“Karena Jakarta sendiri seperti hutan kayu dan hutan panjang sudah tidak ada, walaupun hewan sudah masuk ke tol seperti kijang, dan kijang itu kijang Innova ya”, ucap Komeng dengan kembali berkelakar.
Komeng mengaku sulit dalam menyikapi permasalahan hutan. Karena di satu sisi sebagai lumbung pangan, namun di sisi lain hutan jadi semakin hilang karena adanya deforestasi.
“Memang agak sulit, di satu sisi kita membuka hutan untuk pangan karena ingin menjadi lumbung pangan, dan di satu sisi hutannya jadi semakin hilang”, pungkasnya.
Ahmat Saiful