klikFakta.com, JEPARA – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Jepara kembali masuk kategori mengkhawatirkan. Data Dinas Kesehatan mencatat, sejak Januari hingga September 2025 tercatat 2.083 kasus DBD dengan satu pasien meninggal dunia. Selain itu, kasus Chikungunya juga muncul dengan total 14 kasus sepanjang Januari–Oktober.
Angka tersebut membuat DPRD Jepara meminta pemerintah daerah tidak mengendurkan kewaspadaan, terutama karena Jepara sebentar lagi memasuki puncak musim penghujan.
DPRD Jepara Peringatkan: November–Februari Fase Paling Rawan
Wakil Ketua Komisi C DPRD Jepara, Imam Subhi, menegaskan bahwa periode November hingga Februari merupakan fase yang paling rawan terjadinya peningkatan kasus DBD. Menurutnya, pola tahunan menunjukkan bahwa lonjakan hampir selalu terjadi pada masa peralihan dan awal musim hujan.
“Kami memiliki kajian bahwa bulan paling kritis adalah November sampai Februari. Pada periode itu antisipasi pemerintah melalui Dinas Kesehatan harus benar-benar diperkuat,” ujar Imam melalui sambungan telepon, Jumat (28/11/2025).
Ia menilai, mitigasi harus dilakukan secara menyeluruh mulai dari tingkat kabupaten hingga ke desa bahkan RT. Strategi yang perlu diutamakan antara lain:
-
skrining kesehatan lebih intensif,
-
penguatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
-
gerakan bersih lingkungan secara rutin dan terkoordinasi.
Menurut Imam, tindakan preventif seperti itu terbukti dapat menekan potensi lonjakan kasus dan mengurangi risiko kematian.
Puskesmas Diminta Perketat Surveilans dan Intervensi Lapangan
Selain upaya mitigasi umum, Imam Subhi juga menekankan pentingnya surveilans aktif di lapangan. Ia meminta setiap Puskesmas menelusuri sumber penularan pada wilayah yang mulai menunjukkan peningkatan kasus.
Langkah-langkah cepat, seperti 3M Plus, abatisasi, dan fogging, harus segera digerakkan begitu ditemukan lokasi khusus (lokus) yang berpotensi menjadi pusat penyebaran.
“Fogging tetap penting dilakukan pada area yang menjadi lokus. Itu bagian dari upaya mencegah penyebaran nyamuk agar tidak semakin meluas,” tegasnya.
Ia berharap baik pemerintah maupun masyarakat tetap siaga karena ancaman peningkatan kasus masih bisa berlangsung hingga awal tahun mendatang.
Bupati Jepara Perintahkan Camat Rutin Kerja Bakti dan Laporan Berkala
Menanggapi meningkatnya kasus DBD, Bupati Jepara Witiarso Utomo memastikan bahwa Pemkab telah memperketat skema mitigasi. Ia menginstruksikan seluruh camat untuk melakukan kerja bakti rutin dan memberikan laporan perkembangan secara periodik.
“Saya sudah mengarahkan semua camat melakukan mitigasi banjir dan DBD. Kerja bakti wajib dilaksanakan setiap minggu dan laporannya harus masuk ke kami,” jelasnya.
Menurutnya, kebersihan lingkungan merupakan kunci utama untuk menekan risiko banjir dan pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti. Oleh sebab itu, Pemkab mengutamakan:
-
pembersihan saluran air,
-
pengangkatan sampah,
-
pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Bupati menegaskan bahwa mitigasi tidak hanya menyangkut bencana alam, tetapi juga penyakit yang muncul akibat lingkungan yang tidak terkelola.
“Ini bagian dari pencegahan setiap jenis kebencanaan, baik penyakit maupun banjir. Kami menjalankan instruksi ini agar kecamatan memastikan kegiatan berjalan efektif,” katanya.
Pemkab Jepara Perkuat Sistem Mitigasi Menjelang Puncak Musim Hujan
Pemkab Jepara berharap penguatan mitigasi yang diterapkan mulai akhir tahun ini dapat menahan laju penyebaran DBD dan Chikungunya menjelang meningkatnya intensitas hujan.
Laporan rutin dari camat nantinya menjadi dasar evaluasi cepat jika ditemukan titik rawan baru, baik dari sisi banjir maupun peningkatan kasus penyakit.
“Setiap laporan akan kami jadikan dasar untuk respon cepat di lapangan. Ini penting agar tidak ada keterlambatan penanganan,” tegas Bupati Witiarso.
Dengan ancaman DBD dan Chikungunya yang terus mengintai setiap musim penghujan, Pemkab dan DPRD menegaskan pentingnya gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat Jepara untuk menekan angka kasus. (ADV)







